Kalimat tersebut saya perolehi dari jurnal seorang sahabat yang ternyata quote awalnya adalah dari seorang blogger senior Nukman Lutfie melalui time linenya di twitter. Dua hari lalu, saya sempat juga menuliskannya di status facebook. Berawal dari berita mengejutkan hari selasa malam lalu, 15 november 2011 saya dikejutkan oleh sebuah kabar bahwa seorang sahabat blogger telah meninggal dunia. Saya yang sedang memperhatikan time line twitter temen-temen kompasiana terhenti sejenak, pun naskah deadline yang sudah 75% selesai saya juga meninggalkannya. Buru-buru melihat wall facebook sahabat saya tersebut dan disitu memang tertulis kabar duka cita. Di bawah kalimat wall tersebut juga dituliskan kalau yang menuliskan status tersebut adalah kakaknya, lengkap dengan memberikan nomor telpon rumah. Saya segera meraih handphone menelpon rumah tersebut. Dalam hati berdo'a semoga yang menulis wall tersebut adalah seorang hecker yang berhasil menjebol passwod facebook sahabat saya. Sayangnya, harapan saya nihil... Telpon diangkat oleh seorang lelaki, suaranya terbata-bata dan terdengar keriuhan di belakangnya. Lantas saya mengenalkan diri kalau saya adalah salah seorang teman adiknya. Dan saya menanyakan kebenaran berita tersebut. Benar saja, akhirnya saya mendapatkan kebenaran tentang meninggalnya sahabat saya. Sambil terisak, kakaknya menjelaskan kalau sebelumnya sahabat saya tersebut masih online. Mendadak ia terbatuk-batuk dan pergi ke kamar mandi. Tak lama, kemudian terdengar suaranya meminta tolong, sementara darah sudah keluar dari hidung dan mulutnya. Ia sempat rebah dan pingsan, keluarga membawanya ke rumah sakit terdekat. Tapi dokter mengatakan kalau nyawanya sudah tidak tertolong lagi. (kronologis lengkap saya dapatkan dari salah seorang sahabat yang berkunjung ke rumah duka) Innalillahi wa innaillaihi roji'un... Saya terkejut. Tentunya, tak hanya saya. Tapi juga teman-teman lainnya. Malam itu, dia masih terlihat wara-wiri dan memberikan komentar di blog teman-teman. Bahkan, ia pun tak sempat menutup beberapa acount blog dan jejaring yang sedang dibukanya. Itulah kenapa Kakanya boleh up-date status di faecbooknya dan adiknya dapat menulis jurnal di salah satu blognya (multiply) karena almarhumah sendiri memiliki beberapa acount di berbagai tempat... Yusnita Febri, namanya. Saya mengenalinya di sebuah social network multiply. Ketika tanpa sengaja saya menemukan IDnya. Header sederhana dengan tagline "Jadikan kekuranganmu Untuk Maju" juga tambahan kalimat, Duniaku dunia suara Dunia kata-kata Dengan hearing aid kudengar suara Menggerakan saya untuk kembali menelusuri ke bawah dan terpaparlah sebuah tulisan Tentangku: Seseorang yang mengalami gangguan pendengaran di usia 10 th. Dimana Pendengaran saya mengalami gangguan dengar sebesar 93 dB (Decibel) di kanan-kiri. Jadi hanya suara-suara keraslah yang masih bisa kudengar. Untuk komunikasi mesti dibantu dengan Alat Bantu Dengar (ABD)/Hearing Aid. Walaupun pendengaranku terganggu, namun aku sama dengan kalian yang "Normal". Aku masih bisa mendengar dengan Alat Bantu Dengar, berkomunikasi seperti kalian dan tentunya akupun punya hati untuk merasakan. Melalui MP ini saya mencoba berbagi dan menuliskan pengalaman bagaimana saya menjalani hari - hari saya dengan pendengaran yang bermasalah. Dalam keseharian saya ini orang senang bercanda. Mudah-mudahan dengan blog ini bisa berbagi dan bisa lebih banyak mengenal dengan orang-orang, dan tentu saja blog ini tempat saya bercerita tentang apapun di sekitar saya melalui sudut pandang saya sebagai orang yang mengalami gangguan dengar.. Salam.. -Nita- Untuk bertanya lebih lanjut silkan contact ke email yusnitafebri@gmail.com Subhanallah... Luar biasa! Akhirnya, saya mulai berakrab-akrab ria dengannya. Meskipun pada waktu itu belum pernah ketemu, tapi kita kerap berbagi cerita. akhirnya, tahun lalu ketika saya pulang ke Indonesia dapat bertemu dengannya. Meskipun dengan keterbatasan menggunakan ABD (Alat Bantu Dengar) ia terlihat normal seperti kita, berbicara dengan lancar. Tagline blog yang diusungnya, "Jadikan Kekuranganmu Untuk Maju" betul-betul menunjukan kiprah tujuan dia berbagi dalam dunia hearing aid. Di blogspot, ia ajeg berbagi dan menulis tentang seluk beluk hearing aid. Sementara di multiply, selain hearing aid ia juga menulis tentang kesehariannya. Ia pun memiliki acount di kompasiana, tapi jarang sekali diurusnya. Ia banyak memenangi lomba menulis. Bahkan, tahun lalu di perhelatan pesta blogger ia memenangi juara ketiga dalam writing contest. Dia betul-betul menunjukan bahwa kekurangannya bukan hambatan untuk maju, sesuai dengan tagline di kedia blognya. Ah, saya bangga mengenalimu. Kemarin siang, saya mengalami sebuah keanehan ketika akan tidur siang. Lamat-lamat, otak saya berpikir dan mendadak saya akan mengirim personal messege untukmu di multiply. Tapi kedua otak saya "berantem" antara otak sadar dan tak sadar masing-masing memberi kejelasan kalau sebetulnya, engkau telah tiada di dunia ini. Ah, bukankah siang itu sebelum engkau pergi engkau sempat berbagi cerita dengan saya? Engkau memberi judul personal messege tersebut dengan "Berbagi Tawa" Bahkan senin malam, engkaupun masih berchating ria dengan saya. Ingat permintaan terakhirmu, ingin belajar SEO maka saya kenalkan kepada seorang teman yang paham akan ilmu tersebut. Ah, ternyata Allah lebih menyayangimu dari kami semua... Tadi malam saya membuka YM, melihat-lihat kembali perbincangan-perbincangan kita. Lantas saya search namamu di google, Mbak, ternyata begitu banyak tulisan yang menuliskan tentangmu juga kehilanganmu :( kebanyakan dan bahkan semua yang menuliskan tentangmu adalah mengagumi semangatmu untuk berbagi juga semangatmu di balik kekuranganmu engkau masih menunjukan kemampuan seperti orang normal lainnya. Mbak, semoga apa yang kau tulis menjadi amal jariyah buatmu. Dan kini, tenanglah engkau di alam sana tanpa hearing aid, karena kau akan mendengar suara yang sesungguhnya... Saya menuliskanmu di sini, karena engkaupun sebagian dari member kompasiana http://nitafebri.multiply.com/ http://yusnitafebri.blogspot.com/ http://www.kompasiana.com/nitafebri [caption id="attachment_143024" align="aligncenter" width="600" caption="Kemenanganmu di pesta blogger tahun lalu"][/caption] [caption id="attachment_143025" align="aligncenter" width="600" caption="Kemenanganmu membuat kami semua bahagia, tapi kepergianmu membuat kami semua berduka"][/caption] [caption id="attachment_143026" align="aligncenter" width="640" caption="Selain mereka, masih banyak yang hadir mengantarkanmu ke tempat peristirahatan terakhir... izinkansaya untuk selalu tersenyum ketika mengingatmu, Mbak. Bukan menangis..."][/caption] Kini, tak ada lagi orang yang mencari saya di YM, baik melalui twitt, guestbook multiply maupun SMS. tadi malam, ketika search namamu, saya juga menemukan ini
Mbak, kepergianmu betul-betul mengajarkan saya untuk lebih berhati-hati lagi ketika menulis di dunia maya. Sekurang-kurangnya bukan tulisan caci maki atau menghujat. Engkau banyak meninggalkan manfaat buat kami terutama teman-teman dekatmu. Ah, betul kata Pak Nukman Lutfie, Gajah Mati meninggalkan gading dan ketika seorang blogger mati ia meninggalkan posting.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H