Tatkala tanganku tak mampu menulis seindah kata-katamu, maka ku tulis bait-bait kalimat bukan untuk menyaingimu tapi, sebagai kado persahabatan untukmu.
Kau cari bidadari Syurga
Yang terlahir di dunia
Bukan dari Nur atau cahaya
Ia tercipta
Tapi, dari rahim wanita
Yang mulia akhlaknya
Di antara belahan bentang bumi-Nya
Kau temu Ia, kau jumpai dia
Kau puja parasnya, Kau puji akhlaknya
Dan kau berharap,
Ia yang akan menyempurnakan Dien mu
Kelak
Saat langkahmu dalam rencana-Nya
Ketika niatmu untuk meminangnya
Tiba-tiba, Ia menepi
Dia pun pergi
Dan kau, kini sendiri...
Dalam sendirimu kau ukir kata
Tentang bahtera rumah tangga
Juga kapal dan nahkoda
Mungkin dia bukan yang terbaik
Pun sebaliknya
Harapku pada Illahi
Yang menguasai langit dan bumi
Semoga kau menemukan pengganti
Bukan hanya cantik parasnya
Tapi cantik agamanya
Juga cantik pada akhlaknya
Insya Allah, Allahumma amin... Dalam kata yang tersendat-sendat, dalam kalimat yang tercungap-cungap. Ketika harus kembali belajar mengeja kata. Sungguh, betapa menulis itu harus di lakukan terus menerus tanpa henti. Untuk sahabatku, mohon maaf jikalau ada yang tak berkenan dengan kata-kataku.
30 september 2009, untuk seorang sahabat, Buwel yang kini sudah berbahagia dengan istrinya :)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H