Mohon tunggu...
Anasya Putri Pradina
Anasya Putri Pradina Mohon Tunggu... Mahasiswa - UNJ

Anasya Putri Pradina , Mahasiswa Pendidikan Sosiologi Universitas Negeri Jakarta (UNJ)

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Kurikulum Program Merdeka Belajar dalam Pendidikan

23 Mei 2022   01:49 Diperbarui: 23 Mei 2022   02:04 331
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Pendidikan merupakan hal penting yang akan menopang bangsa dan negara agar tidak ketertinggalan dengan negara lain. Setiap negara memiliki peraturan dalam sistem pendidikan begitupula Indonesia. Kualitas pendidikan di Indonesia memiliki permasalahan dalam berbagai hal, tercatat dalam data UNESCO (2000) tentang peringkat Indeks Pengembangan Manusia (Human Development Index) yaitu komposisi dari peringkat pencapaian pendidikan, kesehatan, dan penghasilan per kepala yang menunjukkan bahwa indek pengembangan manusia Indonesia makin menurun.

 Diantara 174 negara di dunia, indonesia menempati urutan ke 102 pada tahun 1996, ke 99 pada tahun 1997, ke 105 pada 1998, dan ke 109 pada 1999. Menurut survei Political and Economic Risk Consultant (PERC), kualitas pendidikan di Indonesia berada pada urutan ke-12 dari 12 negara di Asia. Posisi Indonesia berada di bawah Vietnam. Data yang dilaporkan The World Economic Forum Swedia (2000), Indonesia memiliki daya saing yang rendah, yaitu hanya menduduki urutan ke-37 dari 57 negara yang disurvei di dunia.

Salah satu penyebab keterbelakangan pendidikan Indonesia ialah pada abad-21 dimana gelombang globalisasi dirasakan kuat dan terbuka. Kemajaun teknologi dan perubahan yang terjadi memberikan kesadaran baru bahwa Indonesia tidak lagi berdiri sendiri. Indonesia berada di tengah-tengah dunia yang baru, dunia terbuka sehingga orang bebas membandingkan kehidupan dengan negara lain. 

Kualitas pendidikan Indonesia yang rendah itu juga ditunjukkan data Balitbang (2003), bahwa dari 146.052 SD di Indonesia ternyata hanya 8 sekolah saja yang mendapatkan pengakuan dunia dalam kategori The Primary Years Program (PYP). Dari 20.918 SMP di Indonesia ternyata juga hanya 8 sekolah yang mendapatkan pengakuan dunia dalam kategori The Middle Years Program (MYP). Dan, dari 8.036 SMA ternyata hanya 7 sekolah saja yang mendapatkan pengakuan dunia dalam kategori The Diploma Program (DP).

Saat ini Indonesia sedang berusaha untuk memperbaiki sistem pendidikan yang ada dengan memperbaharui kurikulum sesuai dengan keadaan dan kondisi yang terjadi di Indonesia. Dimulai pada tahun 2020, dimana pada tahun ini seluruh dunia sedang menghadapi pandemi penyakit yang menyebar dengan sangat cepat dan menyebabkan korban jiwa yang terus bertambah tiap harinya. 

Pandemi ini menyebabkan banyak perubahan dan memyebabkan kerugian pada sistem ekonomi suatu negara, dimana pemerintah memberlakukan kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB)  yang merupakan upaya pencengahan penyebaran virus, tersebut mendorong masyarakat untuk menyesuaikan perilaku dengan protokol kesehatan yang ditetapkan oleh pemerintah, himbauan social distancing, himbauan untuk work from home bagi pegawai, membangun RS khusus untuk penanganan COVID-19, dan lain-lain.

Hal ini juga menyebabkan sistem pendidikan menjadi berubah mengikuti kebijakan protokol kesehatan, dimana sekolah-sekolah menerapkan sistem proses pembelajaran jarak jauh atau PPJ. 

Pada sistem PJJ kebutuhan atau ketergantungan pada teknologi komunikasi sangat tinggi, dimana sistem pembelajaran banyak dilakukan melalui media sosial atau aplikasi video dengan Laptop/ PC ataupun ponsel. 

Untuk menangani perubahan sistem pembelajaran, pemerintah memberikan subsidi kuota belajar untuk siswa/mahasiswa dan kuota internet untuk guru, mengurangi waktu pembelajaran serta pengembangan pengajaran menggunakan teknologi komunikasi untuk guru. 

Pada tahun 2020 juga terjadi perubahan kurikulum, dari kurikulum 2013 ke kurikulum prototipe. Prinsip utama pengembangan kurikulum 2013 ada didasari model kurikulum berbasis kompetensi dengan standar kompetensi lulusan yang ditetapkan untuk satu satuan pendidikan, jenjang pendidikan dan program pendidikan. 

Selain memiliki prinsip utama, kurikulum 2013 memiliki tiga aspek penilaian, yaitu aspek pengetahuan, aspek keterampilan, dan aspek sikap dan perilaku. Ketika salah satu dari tiga aspek penilaian tidak berfungsi dengan baik, maka dapat dipastikan sistem pembelajaran tidak sempurna dan membuat guru maupun siswa rugi dalam hal nilai. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun