Mohon tunggu...
Ana Surjanto
Ana Surjanto Mohon Tunggu... Freedom Writer -

Orang Boyolali - Alumni LPDP RI - Student Ambassador Monash University - Dosen Fakultas Dakwah IAIN Salatiga - Penulis Muda 7 Warna (E: ana.stnk@gmail.com, IG: ana_surjanto, Twitter: @AnaSurjanto)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Sambutan dan Jawaban Mengapa Aku Kuliah?

25 Oktober 2014   18:20 Diperbarui: 17 Juni 2015   19:46 130
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

BISMILLAHIROHMANIROHIM

Assalamu’alalikum warohmatullahi wabarokatuh

Alhamdulillahirobbil ‘alamin, innalhamdalillahi nahmaduhu wanasta’inuhu wanastaghfiruh. Wana’udhubillahi minsyururi angfusina waminsayyiati a’malina. Mayyahillahu falamudilallah wamayyudhlil falahaadiyalah. Asyhadu alla illahailallah, wa’asyhaduanna muhammadarrasulullah.

First of all, I would like to say my greatest thanks for Allah SWT who has given us His mercies and blessings so that we can meet here for doing this graduation ceremony, the Thirty Third Undergraduate Program and the Second Master Degree Program State Institute of Islamic Studies (Wisuda Sarjana ke-33 dan Wisuda Pascasarjana ke-2 STAIN Salatiga). Then, Sholawat and Salam, let us deliver to our prophet Muhammad SAW, our messenger who has brought us from the darkness era to the brightness era and given us many lessons to live in this world and hereafter.

Hadirin yang saya hormati,

Saya ucapkan terima kasih atas kepercayaan yang telah diberikan kepada saya untuk mewakili rekan-rekan dalam menyampaikan ungkapan hati kami pada hari yang luar biasa ini. Sungguh suatu kehormatan dapat berdiri di hadapan para inspirator serta rekan-rekan wisudawan-wisudawati yang saya banggakan.

Perjalanan menjadi seorang mahasiswa memang telah menjadi momen yang berharga, disaat inilah sebagian besar dari kita akan menentukan identitas dan karakter apa yang akan kita bawa sebagai dasar untuk melanjutkan kehidupan sebenarnya setelah lulus ini.

Sungguh tidak terasa waktu telah berlalu begitu cepat. Empat tahun yang lalu, ratusan mahasiswa dari berbagai daerah, latar belakang, dan jurusan yang berbeda telah berikrar untuk menjadi bagian dari keluarga besar STAIN Salatiga. Salah satu peserta didik tersebut adalah  perempuan kampung yang hidup di keluarga besar dari desa Karangmojo, kecamatan Klego, kabupaten Boyolali yang berjuang untuk mendapatkan pendidikan di sebuah perguruan tinggi. Karena saat dia baru disebut mahasiswa Ayahnya menderita sakit diabetes dan stroke. Dan kini, perempuan empat tahun lalu tersebut berdiri dihadapan hadirin sekalian. Ya, sayalah perempuan nekat itu.

Bertepatan dengan hari Kesaktian Pancasila, 1 Oktober 2010 STAIN Salatiga membuka Program Khusus Kelas Internasional. Setelah melewati seleksi yang ketat baik tes tertulis dan wawancara, akhirnya sayapun terpilih menjadi salah satu mahasiswi di Program tersebut. Kemudian saya hanya meyakini bahwa STAIN Salatiga adalah kampus terbaik dunia-akhirat.

Mengapa saya sebut kampus dunia-akhirat? Dulu saat awal-awal kuliah, saya menangis karena kuliah di Program Khusus Kelas Internasional harus bisa menghafal Al-Qur’an beberapa juz, bisa berbahasa Arab dan Inggris serta tinggal di Ma’had (pondok pesantren) yang merupakan fasilitas dari kampus, padahal saya berasal dari SMA dan tidak pernah mondok di pesantren. Kemudian saya teringat mimpi saya sejak SD saat belajar IPS diminta membuka Atlas dan melihat gambar Tembok Raksasa China hingga berlanjut di MTs, guru saya membacakan hadits yang berbunyi,

“Uthlubul ‘ilma walau bissyin. Fainna tholabal ‘ilma faridhatu ‘ala kully muslim”

‘Tuntutlah Ilmu sampai ke negeri China. Karena sesungguhnya menuntut ilmu itu wajib bagi setiap Muslim.”

“Sayapun berpikir-pikir, kenapa ya Nabi Muhammad SAW menyarankan umat-Nya untuk mencari ilmu sampai ke luar negeri? Terus kalau mimpi saya ini begitu tinggi, dengan jalan apa saya mewujudkannya? Dan saya lihat-lihat lagi kata Internasional”

“Apakah saya akan menunggu warisan? Jual tanah? Dan nabung seumur hidup? Itupun tidak menjamin cukup untuk menginjakkan kaki di negara lain. Ohhh iyaa...yaa.... Kalau tidak bermodalkan ilmu pengetahuan dan bahasa Asing, tidak mungkin saya bisa keluar negeri.”

Allah SWT memang Maha Mendengar! Kesempatan itupun datang pada Agustus 2013, saat saya dan teman-teman di Program KKI melakukan PPL di Sekolah Indonesia Luar Negeri di kawasan Asia Tenggara dan saya mendapat kesempatan di Kota Kinabalu, Malaysia. Kemudian saya merasa bahwa ini adalah pintu pertama dari terjawabnya salah satu doa saya. Yang jelas saya meyakini bahwa pintu-pintu lain untuk memeluk mimpi itu terbuka lebar bagi mereka yang tak kenal lelah untuk berjuang.

Seiring berjalannya waktu dan mencoba ikhlas menjalan kuliah dengan banyak tugas dan hafalan, akhirnya kutemukan ayat yang artinya,

.ن. وَالْقَلَمِ وَمَا يَسْطُرُونَ

“Demi pena! Dan apa yang kau tuliskan”

Saya berkata lagi pada diri saya,

“Ohhhhh inilah jawaban mengapa kuliah di STAIN dengan syarat mampu menghafal dan mempelajari Al-Qur’an untuk diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Kalau Allah SWT sampai bersumpah seperti dalam Q.S. Al-Kalam:1, pasti manfaatnya untuk hamba-Nya itu sendiri. Kemudian saya berusaha untuk menuliskan apa yang sudah saya kerjakan dan akan lakukan setiap hari. Alhamdulillah, artikel saya pernah dimuat di Koran Nasional, KOMPAS dan terpilih menjadi delegasi Indonesia dalam beberapa kali konferensi Internasional mulai dari ASEAN Conference di Jakarta 2013, Young Leaders Forum for Asia Pacific Regions 2013 di Pulau Seribu, World Culture Forum di Bali 2013, International Conference on Youth for Peace di Jakarta Januari 2014 hingga dua bulan yang lalu, Agustus 2014 untuk International Youth Workcamp dan akhirnya saya bisa menginjakkan kaki saya di Tembok Raksasa China.

14142107611255554181
14142107611255554181

Rekan-rekan wisudawan/wati yang berbahagia,

Kita semua pasti sadar bahwa kampus tercinta ini bukanlah kampus biasa, saya pun mencoba mendalaminya, menelaah dari berbagai sisi seperti perkuliahan, persahabatan, organisasi, karier hingga jodoh, ternyata kampus ini memang menyimpan “misteri” tersendiri.

Siapa yang tahu teman seperantauan di kampus ini suatu saat akan menjelma menjadi Walikota Salatiga, ada yang menjadi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, ada yang menjadi Menteri Pemberdayaan Perempuan, ada yang menjadi investor, businessmen, dan lima tahun kedepan ada yang menggantikan Pak Jokowi. J

Bapak-ibu wali wisudawan/wati,

Diterima dan menjadi mahasiswa STAIN Salatiga adalah sebuah prestasi dan kesuksesan. Begitu pula dengan berhasilnya kita menyelesaikan studi dan menjadi sarjana; ini juga adalah prestasi dan kesuksesan. Selamat kawan-kawan! STAIN Salatiga adalah Kampus Perjuangan. Karena saya menemukan begitu berlimpah para pejuang, pahlawan keluarga dan sumber inspirasi disini.

InsyaAllah tidak ada ruginya bapak dan ibu menyekolahkan kami di STAIN Salatiga. Kami tidak hanya dibekali ilmu akademis, melainkan juga ilmu agama dan ilmu perjuangan hidup yang luar biasa. Banyak beasiswa, luasnya kesempatan kerja dan siapa tau malah jika STAIN Salatiga semakin berkembang dan membutuhkan banyak tenaga pendidik maupun staff administrasi maka tidak perlu jauh-jauh mencari melainkan menjaring dari almamater sendiri. Kalau bukan kita siapa lagi dan kalau bukan di STAIN Salatiga, di STAIN manalagi?

Untuk satu kelumit kisah yang mengantarkan kami sampai pada hari ini, saya mewakili wisudawan/wisudawati ingin sampaikan terimakasih sebesar-sebesarnya dan penghargaan setinggi-tingginya kepada:

Ketua, Wakil Ketua I, II dan III, para anggota senat yang telah banyak membimbing kami,

Direktur Pasca Sarjana beserta jajarannya, Ketua Jurusan Tarbiyah dan Syari’ah, Ketua Program Studi, Ketua Unit atas kerja kerasnya membangun dan mengembangkan iklim pembelajaran yang baik bagi kami,

Segenap bapak dan ibu dosen atas bimbingan kesabarannya dalam membimbing kami dan menjadi orang tua kami saat kami berada di perguruan tinggi ini, terima kasih atas segala ilmu pengetahuan serta berbagai pembelajaran yang luar biasa telah diberikan kepada kami. Kami mohon maaf jika dalam perkuliahan acap kali kami membandel. Jika kurang fahamnya kami atas isyarat perhatian dan kasih sayang bapak ibu dosen menjadi hijab bagi niat mulia bapak ibu dosen. Semoga Allah membalas jasa Bapak Ibu dosen dengan sebaik-baik balasan.

Seluruh staf akademik, Bapak Ibu Karyawan, terimakasih atas dedikasinya, ketulusan dan pelayanan terbaik untuk kami, maaf jika kami terlalu sering merepotkan.

Terima kasih untuk bapak-bapak security yang selalu ngajarkan kepada kami tentang kedisiplinan, kewaspadaan dan telah banyak membantu kami diberbagai kegiatan kemahasiswaan.

Untuk unit kegiatan kemahasiswaan baik intra maupun ekstra, terima kasih banyak untuk silabus mengenai ilmu tolerasi dan sosialisasinya.

Spesial untuk seorang perempuan terhebat, guru kehidupan yang terbaik, Ibu, I love U. Meski sebenarnya wisuda saat ini saya ingin disaksikan langsung oleh Ayahanda saya, namun tepat 30 Agustus 2014, Ayah sudah dipanggil ke rahmattullah.

Saya mengucapkan selamat atas prestasi yang telah diraih pada hari ini. Apapun predikat kelulusan kita, yakinlah bahwa itulah yang terbaik yang dapat kita capai. Jangan pernah berkecil hati maupun patah semangat dalam melanjutkan kehidupan kedepan. Selama ada kemauan pasti ada jalan.

Sebelum saya mengakhiri sambutan ini, izinkan saya berpantun;

Jalan-jalan ke Australia

Tidak lupa bawa Mangga

Kini Kami Sudah Sarjana

Semoga Berbakti untuk Agama dan Negara

Thanks for the time that is given to me. Please forgive me if I have made mistakes in my speech. That’s all.

Wabillahi taufiq wal hidayah

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Ana (St Nurkhasanah), Alumna of International Class Program

STAIN Salatiga

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun