Mohon tunggu...
Anastasya Melisa Putri
Anastasya Melisa Putri Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

Nama saya Anastasya Melisa Putri, mahasiswa dari Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) Fakultas Pertanian dan Bisnis prodi Agroteknologi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Kearifan Lokal Pertanian Berkelanjutan di Sragen

14 Februari 2024   02:48 Diperbarui: 14 Februari 2024   02:49 118
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Kita akan selalu hidup berdampingan dengan pertanian, tanpa adanya pertanian maka tidak ada hasil tani sebagai bahan pokok untuk kehidupan kita. Tau kah kalian apa itu pertanian? Menurut Arief pramudya pertanian adalah kegiatan dalam pemanfaatan sumber daya hayati yang dilakukan para petani untuk menghasilkan bahan pangan,bahan-bahan industri/sumber energi serta untuk mengelola lingkungan hidup. Sumber daya hayati yang digunakan terdiri dari sumber hayati tumbuhan, hewan, bakteri, jamur serta alga. Tapi bagaimana dengan pertanian berkelanjutan? Apakah memiliki pengertian yang sama seperti pertanian pada umumnya? Menurut Ir.Kurnia Iga Maya, pertanian berkelanjutan (Sustainable agriculture) merupakan pemanfaatan sumber daya yang dapat diperbaharui serta sumber daya yang tidak dapat diperbaharui untuk proses produksi pertanian, serta dalam bidang ekonomi yang menguntungkan dan dapat dipertanggung jawabkan.

Seperti yang kita tau bahwa pertanian berkelanjutan memiliki 3 pilar yaitu People/society, Profit/Economy dan Planet/Environyment. Contoh nyata yang terjadi dilingkungan sekitar saya yaitu pada kelurahan Plumbungan, kecamatan Karangmalang, kota Sragen, Jawa Tengah terdapat sektor pertanian berkelanjutan. Masyarakat disekitar sini rata-rata bekerja sebagai buruh tani dan petinggi desa yang memiliki lahan sawah. Biasanya kelompok tani kelurahan plumbungan menjelang masa panen menggelar panen perdana seperti "Methil" atau "kawin padi" hal ini bertujuan agar saat masa panen mendapatkan keberkahan dan me dapat hasil panen yang melimpah, selain itu kelompok tani tetap mempertahankan tradisi dengan cara hal ini. Dalam tradisi ini biasanya dihadiri oleh camat, lurah, para penyuluh pertanian lapangan (PPL) dan para kelompok tani.

 Dengan adanya kegiatan ini petani merasa senang karena berpengaruh dalam hasil yang meningkat secara signifikan, hasil per-hektar dapat mencapai 8,7 ton per hektar dan dapat laku sampai 40 juta per hektar, dengan adanya syukuran ini hasil panen meningkat sebanyak 15% bila dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Dengan adanya kegiatan ini berpengaruh dalam penanggulangan hama yang dapat dikendalikan, dikatakan bahwa serangan hama serangga dan tikus sudah berkurang banyak setidaknya sisa 3% saja dan masih bisa ditangani dengan sendirinya. Tradisi "methil padi" adalah tradisi peninggalan leluhur yang saat ini sudah hampir ditinggalkan oleh para petani, namun kelompok tani plumbungan menghidupi kembali dengan cara gotong royong yang sebenarnya tidak jauh berbeda dengan acara syukuran sebagai rasa tolak bala. Tradisi ini biasanya dijalankan dengan iuran, berbagai contoh iurannya yaitu iuran sayuran, nasi, hasil panen dan sebagainya. Tanah di daerah plumbungan rata-rata ditanam dengan padi, jagung dan cabai. Pupuk bukan kendala yang besar karena petani disini memakai sistem tanam cepat dan serentak.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun