Oleh: Anastasya Azzahra, Mahasiswa Prodi Psikologi Islam, Fakultas ushuluddin dan Studi Agama, UIN Imam Bonjol Padang.
Dunia musik selalu memainkan peran penting dalam membentuk budaya populer dan memengaruhi pemikiran anak muda. Â Dalam beberapa tahun terakhir, kebangkitan musik populer Korea, umumnya dikenal sebagai K-Pop, telah mendapatkan popularitas global yang luar biasa, memikat hati para remaja di seluruh dunia. Â Sementara K-Pop menawarkan rasa pelarian dan hiburan bagi banyak orang, pengaruhnya terhadap remaja dengan gangguan mental patut ditelaah lebih dekat. Â Esai ini mengeksplorasi dampak K-pop pada remaja yang mengalami gangguan mental, menyoroti aspek positif dan negatif dari fenomena ini.
Popularitas dan kehadiran K-pop dapat memberikan tekanan sosial tambahan pada remaja dengan gangguan mental. Mereka mungkin merasa tertekan untuk mengikuti tren dan menjadi bagian dari komunitas K-pop, yang dapat meningkatkan kecemasan sosial dan perasaan rendah diri jika mereka merasa tidak cukup baik atau tidak termasuk di dalamnya. Juga, perbandingan yang konstan dengan idola K-pop yang seringkali tampak sempurna dalam citra mereka di media sosial dapat menyebabkan perasaan tidak puas dan merendahkan diri bagi remaja yang sudah memiliki masalah kepercayaan diri.
Namun, tidak semua pengaruh K-pop terhadap remaja dengan gangguan mental bersifat negatif. Musik dan budaya K-pop juga dapat memberikan sumber inspirasi dan dukungan bagi mereka. Lirik lagu yang menyentuh, pesan positif tentang kehidupan, cinta, dan keberanian dapat menginspirasi dan memberikan harapan bagi remaja yang sedang berjuang dengan gangguan mental mereka. Selain itu, komunitas penggemar K-pop dapat menjadi tempat dukungan sosial yang penting, di mana remaja dapat merasa diterima dan saling mendukung. Mari kita lihat pengaruh positif dan negatif yang dapat diberikan oleh kpop:
 1. Pengaruh Positif:
Pertama, Rasa memiliki teman dan Komunitas: K-pop fandom memberikan rasa memiliki dan koneksi untuk remaja dengan gangguan mental yang mungkin berjuang dengan interaksi sosial. Â Semangat bersama untuk grup atau artis K-pop tertentu menciptakan komunitas tempat mereka dapat menemukan dukungan, pengertian, dan persahabatan.
Kedua, Pemberdayaan dan Inspirasi: Bintang K-pop sering berbagi cerita tentang mengatasi tantangan pribadi, mempromosikan pesan cinta diri, ketahanan, dan mengejar impian. Â Narasi semacam itu dapat menjadi sumber inspirasi bagi remaja yang berjuang melawan gangguan mental, memberi mereka harapan dan motivasi untuk mengatasi rintangan mereka sendiri.
Ketiga, Musik sebagai Outlet Terapi: Musik K-pop, dengan ketukan yang menarik dan lirik yang menyenangkan, dapat berfungsi sebagai outlet terapi untuk remaja dengan gangguan mental. Â Terlibat dengan musik memungkinkan individu untuk mengekspresikan emosi mereka, menemukan pelipur lara, dan mengatasi pergumulan batin mereka, memberikan bentuk pelepasan emosi dan menghilangkan stres.
 2. Pengaruh Negatif:
Pertama, Standar Kecantikan yang Tidak Realistis: Penekanan K-pop pada penampilan dan kesempurnaan dapat melanggengkan standar kecantikan yang tidak realistis, yang dapat berdampak negatif pada remaja dengan gangguan mental. Â Orang-orang ini mungkin sudah mengalami masalah harga diri dan citra tubuh yang rendah, dan paparan terus-menerus terhadap idola K-pop yang sempurna dapat meningkatkan perasaan tidak mampu dan keraguan diri.
Kedua, Budaya Penggemar yang Intens: Dedikasi dan daya saing yang ekstrim dalam fandom K-pop dapat menyebabkan perilaku tidak sehat seperti cyberbullying, penggunaan media sosial yang berlebihan, dan perilaku obsesif. Â Untuk remaja dengan gangguan mental, aspek negatif dari fandom K-pop ini dapat memperburuk kondisi mereka saat ini dan berkontribusi pada peningkatan kecemasan, depresi, atau kecenderungan obsesif-kompulsif.