Indonesia diprediksi akan mencapai puncak demografi pada tahun 2030, Dimana penduduk usia produktif 15-64 tahun. Sekarang ini, ada sekitar 60% dari total populasi Indonesia berusia di bawah 30 tahun yang menjadikan salah satu negara dengan populasi muda terbesar di dunia. Hal ini menunjukan potensi besar untuk generasi yang siap berkontribusi dalam tenaga kerja. Bonus demografi merupakan proses Dimana perubahan terjadi pada Ketika Tingkat kelahiran menurun, tetapi tidak diimbangi peningkatan kematian, sehingga menimbulkan peluang bagi negara untuk menumbuhkan factor ekonomi yang lebih cepat, dan hal ini penting untuk membangun generasi Indonesia emas tahun 2045. Berbicara tentang bonus demografi antara dua belah pedang, satu keberuntungan karena pada masa itu Indonesia akan mendorong pertumbuhan ekonomi melalui tenaga kerja yang siap dalam memberikan inovasi dengan akses yang lebih baik ke pendidikan, teknologi, dan informasi. Begitupun sebaliknya, jika Indonesia tidak memanfaatkan perkembangan SDM maka akan menjadi bencana apabila kualitas nya tidak disipakan dengan matang, misalnya penduduk yang tidak mampu untuk beradaptasi dan produktif dalam perkembangan teknologi. Menuju konteks bonus demografi 2045, para pemangku pendidikan diharuskan mampu membangun pendidikan yang dapat menghasilkan generasi emas guna menjawab tantangan menuju generasi emas 2045.
Khususunya dalam Lembaga pendidikan seperti pesantren dengan notabenya masih pendidikan tradisional yang mengedepankan sifat keagamaan, seperti ilmu hadis, fiqih, dan akhlak guna membentuk santri yang taat beragama dan berakhlak. Maka dari itu peningkatan mutu pendidikan akan memberikan pengaruh besar terhadapi capaian Pembangunan nasional. Diantara cita cita Impian bangsa terdapat empat pilar yang menjadi penunjang suksesnya visi misi tersebut, yaitu membangun SDM dan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, perkembanagn ekonomi yang berkelanjutan, pemerataan Pembangunan, pemetaan ketahanan ansional dan taat Kelola  pemerintahan. Dapat dikatakan pengintegrasian keilmuan dengan pendidikan yang ada dalam pesantren sangat penting digunakan untuk membangun santri yang bukan hanya pandai dalam beragama akan tetapi pandai juga untuk menerapkan ilmu agama dengan ilmu umum dan sains terapan yang relevan dengan kebutuhan zaman.
Kegagalan pemanfaatan perkembangan SDM terjadi dalam ranah pesantren apabila instansi pondok pesantren tidak mampu beradaptaasi terhadap perkembangan generasi emas 2045, dan dampak tersebut bukan hanya bagi pondok itu sendiri melainkan bagi Masyarakat yang bergantung kepada pesantren untuk pendidikan dan pembinaan moral. Maka penting bagi pesantren sendiri untuk mengintegrasikan pendidikan agama dengan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan tetap mengedepankan etika dan moral serta memberikan dampak yang relevan dengan kebutuhan Masyarakat.
Dalam lingkup pesantren mengombinasikan antara ilmu agama dengan sains terapan sangat penting untuk inovasi pesantren dalam menghadapi tantangan bonus demografi 2045. Dengan pendekatan yang menggabungkan antara ilmu agama, seperti hadits, dan Qur'an dengan sains terapan akan memungkinkan santri mendapatkan pendidikan yang sesuai dengan perkembangan zaman, Dimana pemahaman mereka tidak melulu tentang keagamaan, tetapi juga mampu menjawab tantangan dunia nyata dengan pengetahuan dan keterampilan yang mereka miliki.
Dengan pengintegrasian ini santri akan terlatih untuk berfikir kritis dan analitis, menciptakan inovasi dalam pesantren dengan berbagai permasalahan social dan lingkungan yang berdasarkan dengan nilai nilai islam. Penerapan sistem pembelajaran seperti pendidikan kewirausahaan, dan lngkungan hidup akan memudahkan santri untuk belajar sains dengan ilmu ilmu agama yang sudah dipelajari dipondoknya. Integrasi antara agama dan sains ini merupakan Langkah strategis untuk menghasilkan lulusan santri yang siap terjun dalam Masyarakat dengan bekal bukan hanya ilmu agama akan tetapi memiliki keterampilan praktis yang relevan dengan kebutuhan menuju bonus demografi 2045. Dengan berbagai penerapan pembelajaran yang inovatif dengan menggabungkan berbagai disiplin ilmu, pesantren dapat berkontribusi pada pembentukan generasi yang siap menghadapi tantangan global dan berperan dalam Masyarakat dengan membawa nilai nilai islam yang kuat.
Beberapa tantangan yang akan dihadapi dalam penerapan pesantren sains ini salah satunya adalah keterbatasan fasilitas dalam penerapan pesantren sains terapan di pesantren terpencil yang minim teknologi. Akan tetapi dalam penerapan pesantren sains ini tidak melulu harus menggunakan teknologi, dapat menggunakan alternatif seperti pendidikan yang berbasis proyek. Pembelajaran ini menggunakan bahan dan alat murah dan mudah diakses. Seperti membuat project pertanian organic di lahan pesantren atau melakukan eksperimen sederhana tentang energi terbarukan.
Diharapkan para lulusan pesantren dapat berdampak dan berkontribusi penuh untuk membantu Masyarakat dalam mengembangkan pembaharuan guna menyongong bonus demogradi Indonesia emas 2045.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H