Mohon tunggu...
Anastasia Satriyo
Anastasia Satriyo Mohon Tunggu... -

Mahasiswi Magister Profesi Psikolog Klinis Anak yang gemar membaca, menonton dan menulis. \r\nMenyukai seni, sastra, bahasa, politik, budaya, pertumbuhkembangan anak dan manusia, serta segala segi kemanusiaan yang terdapat di dalamnya.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Allah yang Tak Terjangkau Kata

20 Desember 2011   02:41 Diperbarui: 25 Juni 2015   22:01 117
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Bahasa tulisan dan kemajuan peradaban menghadirkan Tuhan dalam bentuk teks. Terpatri dalam ribuan halaman kitab suci dan terpampang di tempat-tempat yang kasat mata bagi manusia.

Alam pikiran manusia tak lagi berani bahkan cenderung menghindar untuk bereksplorasi secara sporadis, humanis dan fleksibel mengenai siapa itu atau apa itu Tuhan. Pikiran dan batin dimatikan untuk tunduk pada kata-kata pemuka agama atau halaman kitab suci tentang Tuhan. Ketika ditanya “Siapa itu Tuhan menurut kamu?” yang dituturkan adalah definisi Tuhan menurut pemuka agama dan halaman kitab suci.

Padahal antara aku, pemuka agama dan si penulis kitab suci bisa saja memiliki penghayatan dan pengalaman dengan Tuhan yang berbeda. Jika dunia tahu mengenai hal ini malah aku dianggapnya sebagai manusia berdosa. Dianggap menghujat apa kata pemuka agama atau kitab suci.

Pengalamanku beberapa tahun terakhir ini membawaku pada pengalaman yang terasa intim dengan Tuhan. Ah, sebenarnya aku lebih suka menyebutnya dengan Transendensi . Rasanya lebih luas, agung, tak terbatas, hidup (alive) dan dekat. Bagiku rasanya seperti udara dan alam semesta ini. Kita hidup karenanya, hidup di dalamnya namun tak selalu bisa melihatnya. Tapi ia juga mampu bermanifestasi di dalam hal-hal kehidupan di sekitar kita. Terkadang sederhana, terkadang rumit dan kompleks. Sungguh misteri tapi buatku bukanlah misteri yang menakutkan melainkan misteri yang membuatku penuh dengan ketertarikan dan rasa ingin tahu untuk mengenal dan menjelajahinya lagi lagi dan lagi.

Kahlil Gibran pernah berkata dalam salah satu puisinya, “Bahkan kamu tak akan mampu menceritakan pengalaman bersama-Nya yang sesungguhnya kepada orang lain, sebab hanya kamu yang merasakan-Nya”.

Selanjutnya di Makna Kata

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun