Semangat baik, Pembaca yang budiman,
Saya ingin berbagi perasaan gembira, yang hadir sejak malam kemarin, dan masih bertahan hingga pagi ini. Penyebabnya lagi-lagi karena menonton acara Stand Up Comedy di Kompas TV, yang sukses melahirkan tawa tulus dari kedalaman hati. Sebuah momen langka nan berharga di era saat ini, bukan?! Tolong jangan spontan dijawab: "Bukan...!" Hehehehe....
Pasalnya sebelum itu, hati saya seperti ditusuk dari belakang, oleh kelakukan aparatur negara yang kongkalikong dengan kingkong dalam menjual lahan milik kita bersama, namun untuk kepentingan diri mereka saja. Dasar monyet! Eh, ada unsur SARA, suku-agama-ras-ANTAR GOLONGAN. Â Maafkeun ya, saya siap salah. Hehehehe....
Â
Jujur, perasaan saya terluka. Bukan karena tidak diajak ikut serta dalam pesta durian runtuh bersama kelompok mereka, a-kan te-ta-pi ka-re-na ...
Dan nurani saya pun kini terbata-bata. Sebenarnya bilamana mau jujur diakui, ide mereka untuk mengubah area laut menjadi darat termasuk kreatif, sejauh sudah dilengkapi dengan ragam pertimbangan yang komprehensif dan akurat, termasuk mitigasi risiko dari reaksi alam.
Maka apakah benar, saya merasa terluka karena tidak ikut memperoleh keuntungan? Andaikata ide kreatif itu didiskusikan dan disepakati bersama untuk kesejahteraan seluruh rakyat, bisa jadi kelakuan mereka tidak dianggap jahat, melainkan malah dianugrahi penghargaan sebagai pahlawan bangsa.
Apakah moralitas orang Indonesia sebatas itu? Keputusannya akan benar-salah tergantung pada ikut/tidak kebagian jatah, termasuk ke dalam / berada di luar golongan, dll.?
Terkait cacat moralitas tersebut akhirnya dapat saya lihat kemarin dari sudut pandang komika yang lucu. Fajar Mukti bercerita tentang salah satu budaya orang Jawa, yaitu sungkan. Namun ia tidak mempercayainya, karena kalau betul orang Jawa berbudaya sungkan, tentu saat anaknya yang di bawah umur ditawari jabatan, ia akan menolak dan menyatakan untuk tidak usah begitu. Yang membuat penampilan itu lucu adalah nada bicara Komika menyerupai nada bicara salah satu aparatur negara.
Hehehehe... ngga lucu ya, kalau saya yang menceritakan ulang?! Baik, kalau begitu, yuk kita tonton sejenak penuturan Fajar Mukti, yang sukses membuat saya bahagia, pada link youtube berikut: