Mohon tunggu...
Levianti
Levianti Mohon Tunggu... Psikolog - Psikolog, Dosen Psikologi Universitas Esa Unggul

Suka diam sejenak, refleksi, menulis, dan ngoepi.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Beban Kerja Terasa Tidak Adil?

4 Januari 2025   11:35 Diperbarui: 4 Januari 2025   11:35 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Perbandingan Beban (Sumber: lh6.googleusercontent.com/pinterest)

Tantangan dalam pembagian tugas rumah tangga di rumah tidak hanya memastikan semua tuntutan pekerjaan selesai, melainkan juga rasa keadilan bagi setiap anggota atas beban tanggung jawab yang dibagikan. Seringkali, perasaan tidak adil menghambat seseorang dalam menyelesaikan peran tugasnya.

Sebagai contoh, seorang kakak merasa tugasnya lebih berat daripada para adik sehingga ia menunda-nunda penyelesaian. Atau seorang istri merasa suaminya lebih sedikit mengambil pekerjaan rumah tangga meski keduanya sama-sama bekerja mencari nafkah, sehingga ia pun merasa lemah daya.

Dalam keadaan mendesak, tuntutan pekerjaan pada akhirnya selesai juga. Namun tak bisa dipungkiri, tetap ada perasaan tidak enak yang mewarnai proses penyelesaian pekerjaan. Apakah itu wajar dibiarkan sampai lama-lama menjadi kebiasaan? Ataukah perlu diolah agar tidak menimbun bom masalah yang berisiko meledak sewaktu-waktu?

Bapak Psikologi, Sigmund Freud, memperkenalkan istilah mekanisme pertahanan diri. Ketika ada masalah yang menimbulkan perasaan tidak nyaman, otak menafsirkannya sebagai sinyal bahaya, serta bergegas mencari solusi dan mendorong reaksi. Ibarat tangan yang refleks menarik diri saat terkena api, mekanisme pertahanan diri pun refleks bereaksi saat otak memaknai masalah sebagai ancaman.

Ada bermacam-macam mekanisme pertahanan diri. Salah satunya adalah mengabaikan masalah karena menganggapnya bukan masalah. Tanpa sadar, individu sebetulnya sedang menyangkal keadaan dirinya yang bermasalah, dalam rangka memanipulasi keyakinan dirinya bahwa ia sedang baik-baik saja.       

Mekanisme pertahanan diri berfungsi sebagai "P3K", exit emergency, atau solusi sementara. Ibarat obat batuk umum, yang diminum untuk mengusir keluhan batuk-batuk selama beberapa waktu, namun tidak menyembuhkan penyakitnya; demikian juga mekanisme pertahanan diri, yang mengusir rasa tidak nyaman pada saat itu, namun tidak mengatasi akar masalahnya.

Dengan demikian, masalah akan kembali dialami oleh individu pada lain waktu ketika menghadapi faktor penyebab serupa. Tidak hanya itu, biasanya, masalah serupa yang berulang akan dialami dalam intensitas yang lebih berat. Seperti main trampolin, yang semakin diinjak ke bawah akan semakin berdaya dorong ke atas; masalah yang ditekan ke bawah sadar pun akan semakin kuat mendorong tindakan, hingga sering disebut orang perilakunya seperti "meledak-ledak".    

Apa yang perlu kita lakukan saat mengalami emosi tidak nyaman? Alih-alih menekannya ke bawah sadar melalui sugesti diri dengan keyakinan palsu, akan lebih efektif bila individu menyadari reaksi penolakannya, mau merasakan betul keberadaannya selama beberapa detik, baru kemudian melepaskannya pergi pelan-pelan melalui napas panjang teratur. Hasil penelitian di dunia psikiatri menunjukkan bahwa emosi hanya butuh waktu "manggung" maksimum 90 detik sebelum ia turun panggung secara sukarela. Secara pribadi, penulis mengalami, bahwa emosi itu pun mentuntaskan kepergiannya sendiri melalui rasa serupa di mimpi, langsung pada malam harinya.   

Setelah suasana perasaan kembali netral, barulah pemecahan masalah dapat objektif dilakukan. Individu dapat menimbang kemampuannya dalam menyelesaikan tanggung jawab, serta nilai luhur dan tujuan hidup yang ia junjung tinggi. Ia juga mampu berempati memahami kemampuan anggota lain dalam bekerja.

Pemahaman diri dan orang lain tersebut akan melahirkan rasa siap dan bersedia untuk mengambil tanggung jawab yang lebih besar untuk kebermanfaatan bersama. Kontribusinya yang tulus pun akan menggugah inspirasi dan mendorong orang lain untuk juga mau belajar memberikan diri lebih banyak daripada sebelumnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun