Mohon tunggu...
Levianti
Levianti Mohon Tunggu... Psikolog - Psikolog, Dosen Psikologi Universitas Esa Unggul

Suka diam sejenak, refleksi, menulis, dan ngoepi.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Mitigasi Batin

3 Januari 2025   17:35 Diperbarui: 3 Januari 2025   17:35 48
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi sebuah metode coaching (Sumber: The Center for Appreciative Inquiry)

Momen liburan Nataru masih terasa sepanjang minggu ini. Sungguh rileks rasanya bisa bangun tidur siang, dan bebas beraktivitas tanpa tegang dikejar deadline penyelesaian tugas. Rahmat hidup yang sebenarnya biasa-biasa saja, namun khasiatnya efektif 100%. Rahmat alami yang Tuhan beri memang selalu luar biasa bukan?!  

Minggu depan, anak-anak sudah masuk sekolah. Orang tua mulai aktif bekerja. Semangat hidup tinggi siap menghadapi tantangan setahun di muka. Termasuk bayangan kelelahan, tekanan batin, serta beban ekonomi dan profesional, yang semuanya terlihat lebih dominan daripada gambaran kesuksesan yang masih kabur dari pandangan.

Hmmm... apakah ini tandanya waktu yang tepat untuk melakukan mitigasi batin? Bukankah dengan bermodal semangat tahun baru cakrawala pandang kita terbuka luas membentang, sehingga kita mampu lebih jelas melihat peluang sumber daya yang Tuhan sediakan untuk memenuhi kebutuhan hidup dan mengatasi rintangan? Jadi, markimit (mari kita mitigasi)!  

Para ahli geologi mencetuskan kalimat bijak: "The present is the key to the past, and the past is the key to the future".  Kita dapat mengevaluasi keberhasilan jangka pendek setahun kemarin, ataupun mengenali pola dan mengidentifikasi faktor kunci keberhasilan diri sepanjang dua sampai lima tahun terakhir.

Secara pribadi, saya menilai keberhasilan setahun kemarin dipengaruhi oleh faktor keberanian untuk mengambil tanggung jawab penuh dalam mengatasi keluhan dan memenuhi kebutuhan diri. Sementara untuk jangka waktu yang lebih panjang, faktor utama penunjang keberhasilan ialah disiplin latihan kesadaran.

Meskipun demikian, mengapa bayangan yang pertama kali muncul dan terasa dominan malah bersifat kelam? Kenapa imaji sukses tidak terang benderang terbentang? Padahal jujur rasa syukurlah yang hadir saat diri melihat perjalanan hidup di belakang?!        

Para pemimpin kerap mengajak kita untuk bermimpi besar. Setelah berani mengambil tanggung jawab pribadi secara penuh, Steven Covey, penulis buku "The 7 Habits of Highly Effective People", menganjurkan para pembaca untuk memulai dari tujuan akhir. Bisa jadi, bayangan sukses masih kabur karena kita memang belum menggambarkan tujuan yang kita impikan secara detil.   

Sebagai contoh, tujuan mitigasi batin melalui disiplin latihan kesadaran dapat saya uraikan menjadi menghentikan aktivitas yang sedang dilakukan saat adzan berkumandang untuk diam sejenak menikmati napas panjang dan rasa keberadaan, lalu mengolah rohani agar kembali fokus untuk percaya berserah penuh kepada penyelenggaraanNya.  

Agar lebih tervisualisasi, tujuan yang kita impikan dapat kita tuangkan dalam bentuk lukisan. Misalnya mimpi mitigasi batin tadi dapat dilukiskan dalam: "lima buah alarm jeda dari HP yang tergantung di dinding bilik tanpa atap, sementara diri rebah terlentang menatap lapang ke atas langit". Kata orang bijak: "Apa pun yang bisa kita gambarkan, akan dapat kita wujudkan juga menjadi kenyataan".

Selanjutnya, kita dapat menyusun rencana tindakan untuk mengeksekusi tujuan. Bila terasa sulit, setidaknya tentukan satu langkah "bayi" atau paling mudah yang mau, mampu, dan perlu kita lakukan. Dari penentuan satu langkah bayi, yang kemungkinan besar akan dapat berhasil dan dengan ringan hati kita eksekusi, langkah-langkah selanjutnya akan bergulir menggelinding seperti bola salju yang semakin lama semakin besar daya luncurnya. (Ssst... jangan bilang siapa-siapa ya, saya pun langsung mengambil HP dan menyetel 5 alarm jeda setiap hari, hehehe....)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun