Mohon tunggu...
Levianti
Levianti Mohon Tunggu... Psikolog - Psikolog, Dosen Psikologi Universitas Esa Unggul

Suka diam sejenak, refleksi, menulis, dan ngoepi.

Selanjutnya

Tutup

Love Pilihan

Lepaskan Diri Fiksi untuk Mitigasi Self-Pitty

4 November 2024   16:04 Diperbarui: 4 November 2024   16:04 84
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ILUSTRASI l sumber: Jillian M/Pin page

Janji Pernikahan

"Di hadapan Allah, para saksi, dan saudara sekalian,

saya memilih kamu untuk menjadi pasangan hidupku;

serta berjanji untuk membebaskanmu dalam mencari dan merealisasikan kehendak Allah atas dirimu, kita berdua, dan keluarga;

Saya mau meneladani Allah yang mencintaimu secara tidak berkesudahan."

Kutipan di atas adalah salah satu contoh janji pernikahan. Tanpa memandang agama dan adat budaya, setiap janji pernikahan niscaya ditujukan untuk meneguhkan komitmen pasangan dalam menghadapi tantangan hidup bersama.

Salah satu tantangan hidup bersama sebagai pasangan adalah kondisi lonely marriage. Menurut aplikasi Gemini, lonely marriage mengacu pada situasi di mana dua orang menikah dan tinggal bersama, tetapi mereka merasa terisolasi secara emosional atau terputus satu sama lain. Ciri-ciri umumnya antara lain mencakup kurangnya komunikasi yang mendalam, jarang meluangkan waktu bersama, sentuhan fisik dan ungkapan kasih sayang menjadi minim, perasaan sendirian meskipun masih tinggal bersama, serta tidak didengarkan/dipahami oleh pasangannya.

Menurut refleksi penulis, salah satu penyebab kondisi lonely marriage adalah sikap menuntut pasangan untuk memenuhi ekspektasi pribadi. Misalnya, istri meminta suami untuk lebih terbuka dalam mengekspresikan kasih sayang, namun suami tidak dapat memenuhi harapan istri. Hal ini membuat istri merasa sedih karena tidak didengarkan suami; demikian juga sebaliknya, suami merasa tidak diterima apa adanya dan dituntut lebih oleh istri. Meski keduanya tidak bertengkar dan lancar hidup bersama, namun kekecewaan tersebut dapat menjadi bom waktu kesepian individu dalam pernikahan.

Baca juga: Belajar Melepas

Bila ditelusuri lebih lanjut, ekspektasi pribadi dipengaruhi oleh faktor stereotip budaya. Sebagai contoh, peran gender pria adalah menafkahi rumah tangga, sehingga ketika wanita yang menjadi tulang punggung keluarga, ada risiko kekecewaan istri terhadap suaminya, ataupun suami kepada istri yang menjadi kurang waktu dalam memperhatikan kebutuhannya.    

Menghadapi rupa tantangan hidup demikian, apa yang bisa suami istri lakukan? Berikut lima langkah praktis yang dapat dipertimbangkan sebagai alternatif solusi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun