Adalah seorang kakak yang sulit menerima keberadaan adik-adik tirinya.
Sejak awal, ia tidak suka dengan keputusan ayahnya yang berpoligami.
Terhadap ayah, ia masih bisa menerima, memberikan perhatian, dan menjaga relasi baik.
Namun terhadap keluarga baru ayah, atau ibu dan adik-adik tiri, ia sekedar merespon santun, namun enggan berinisiatif untuk membina keakraban dengan mereka.
Ia tahu, agama mengajarkannya untuk mengasihi sesama, atau bahkan musuh sekalipun seperti ia mengasihi diri sendiri.
Namun pada praktiknya, ia merasa kesulitan.
Ia tidak mampu menerjemahkan ajaran tersebut ke dalam tindakan nyata khususnya kepada keluarga tiri ayah.
Lebih tepatnya: ia tidak mau, titik.
Hatinya sekeras batu.
Meski ajaran kasih setia menetesi batu hatinya agar luluh.