Aku lahir dengan hati yang lebih menyukai terang.
Kukira setiap bayi juga dilahirkan dalam keadaan demikian.
Bukankah dibutuhkan waktu khusus untuk bisa beradaptasi menikmati gelap?
Baca juga: Idulfitri
Namun hatiku yang mencintai terang itu dipatahkan oleh orang yang amat kusayang.
Dalam ketidaksadarannya, ia menggunakan segala penerangan yang ada untuk membenarkan kegelapan dosa.
Bertahun-tahun aku terpuruk meratapi luka.
Silih berganti dengan api amarah yang mudah tersulut dan langsung membakar seketika.
Baca juga: Rasa Keadilan & Welas Asih
Hatiku sinis mencibir cahaya!
Baca juga: Kamu Sungguhan Peduli? Mengalahlah!
Sampai akhirnya aku kelelahan kosong daya.
Tidak ada pilihan selain berserah kepada Sang Ada.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!