Mohon tunggu...
Levianti
Levianti Mohon Tunggu... Psikolog - Psikolog, Dosen Psikologi Universitas Esa Unggul

Suka diam sejenak, refleksi, menulis, dan ngoepi.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Penasaran Ingin Lepas dari Jerat Kekurangan?

3 Maret 2024   12:32 Diperbarui: 3 Maret 2024   13:37 199
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Jerat: Pinterest/photography.paradengesi.com

Meskipun rasa takut kekurangan sudah tidak merongrong, namun kebutuhan nafkah hidup keluarga secara objektif belum sepenuhnya tercukupi. Bisikan untuk kembali ganti haluan mulai muncul lagi. 

Puji Tuhan, komitmen yang terbangun pada tahun 2020 sudah berakar. Apalagi masa produktif saya kira-kira tinggal 20 tahun lagi. Saya tidak mau gegabah gonta-ganti pekerjaan seperti dulu waktu muda.

Tepatnya pada tanggal 31 Juli 2023, untuk pertama kalinya saya merasa bulat menyatakan afirmasi ke semesta. Saya berani menetapkan target nafkah sesuai kalkulasi kebutuhan keluarga. Saya juga berserah diri kepada Sang Maha Kuasa, untuk memperoleh arahanNya agar bisa berkolaborasi asyik bersama suami dalam memenuhi target kebutuhan itu.

Puji Tuhan, semesta nyata mendukung! Suami dan saya mendapat kesempatan berkolaborasi asyik dalam menafkahi keluarga. Sejak bulan Agustus 2023 - sekarang, kebutuhan akan nafkah keluarga mulai tercukupi. Belum berlebihan sampai bisa menabung ataupun berinvestasi. Namun setidaknya fenomena "awal bulan seperti tanggal tua" sudah tidak ada lagi.  

Perjalanan hidup sekarang belum seperti jalan tol. Justru lebih serupa dengan pendakian gunung. Ada upaya keras yang perlu dilakoni. Puji Tuhan, situasu tersebut tidak lagi ditolak, melainkan disambut dengan sepenuh hati. Ketika lelah datang, cukup fokus pada rahmat kejadian yang ada di depan mata, sehingga lahir rasa syukur dan tenaga untuk meneruskan perjalanan sampai tempat dan waktunya beristirahat.  

Dari pengalaman di atas, saya lalu menarik kesimpulan:

  • Kemiskinan menjadi jerat manakala batin saya reaktif merasa takut kekurangan. 

  • Jerat kemiskinan membuat saya berupaya seperti "babi buta". 

  • Upaya keras untuk melepas jerat kemiskinan itu sesungguhnya semu, dan tidak membawa saya ke mana-mana. Berbelas tahun saya hanya diam di tempat, bergulat terus dengan jerat yang tak kunjung lepas. 

  • Keberanian mengakui kelemahan diri, lalu mengambil keputusan dan bertindak sesuai keputusan yang diambil, menjadi pintu masuk perubahan.

  • Tantangan perubahan ibarat mendaki gunung, yang menuntut perjuangan. Kesediaan hati untuk berjuang adalah rahmat perubahan. Sujud syukur atas rahmat perubahan! Saya hanya tinggal fokus menikmati perjalanan sesuai waktu dan tempat.

  • Teruslah berdoa dan berusaha.



Semangat menikmati hidup perjuangan, Sobat!***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun