Setiap orang memiliki gayanya sendiri dalam membaca. Saya pribadi suka memulainya dengan menelusuri judul-judul yang ada, dan baru membaca paparan detil saat menemukan judul yang menarik minat.
Di Kompasiana, judul yang menarik minat saya bisa bergantung dari kategori tulisan (misalnya puisi), ataupun topiknya (misalnya daily living). Kadang-kadang, saya juga mengintip siapa penulisnya, apakah saya sudah pernah menerima manfaat dari tulisan beliau sebelumnya (terima kasih banyak, ya).
Usai membaca, saya biasanya merenungkan hasil baca. Selain mengendapkan intisari bacaan, perenungan juga dilakukan dengan cara me-reka-reka keterkaitan antara hasil baca dengan pengalaman lampau, maupun hikmahnya untuk melangkah ke depan. Aktivitas ini serupa dengan menata informasi yang baru masuk ke dalam arsip di benak saya. Informasi yang tertata membuat saya merasa solid dan puas.
Sebetulnya, apa sih yang terjadi saat kita membaca?
Bacaan tentunya berbentuk informasi. Maka saat membaca, yang terjadi di dalam benak kita adalah pemrosesan informasi, terutama berpikir dan memori. Menurut Demetriou, Mouyi, & Sponoudis (2011; Halford & Andrews, 2011; Siegler, 2009; dalam Rozali, 2020):
Baca juga: Berkembang dengan Ikut KomunitasSeiring pemrosesan informasi yang terjadi, kapasitas kita akan berkembang, sehingga wawasan kita pun semakin kompleks.
Yang dimaksud dengan kapasitas adalah sumber daya kognisi, yang terdiri dari kemampuan dan kecepatan. Kemampuan biasanya dipengaruhi oleh faktor genetik yang dibawa sejak lahir. Sementara kecepatan biasanya sebagian dipengaruhi oleh latihan dan pengalaman (Rozali, 2020).
Adapun mekanisme perubahan / perkembangan sumber daya kognisi terdiri dari 3 langkah, yaitu pengkodean, otomatisitas, dan konstruksi strategi (Siegler, 1998, dalam Rozali 2020).Â
Dalam cerita di atas, pengkodean terjadi saat kita mengenali judul tertentu dari aneka judul tulisan yang ada, entah itu berdasarkan kategori tulisannya, topiknya, ataupun penulisnya. Otomatisitas terjadi saat kita membaca detil paparan dengan lancar, nyaris tanpa usaha. Sementara konstruksi strategi dialami manakala kita berhenti untuk merenungkan intisari bacaan.
Permenungan yang berlanjut, yaitu dengan mengkaitkan intisari bacaan dengan pengalaman, maupun mengambil hikmahnya untuk melangkah ke depan merupakan proses modifikasi diri (Siegler, 1998, 2007, 2009, dalam Rozali, 2020).
Dengan demikian, membaca dapat menjadi salah satu cara untuk tumbuh berkembang dengan nyata. Semangat Membaca!***
   Â
Daftar Pustaka
Rozali, Y. A., 2020. Modul Sesi 9 Psikologi Pendidikan. Jakarta: Universitas Esa Unggul.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H