Mohon tunggu...
Levianti
Levianti Mohon Tunggu... Psikolog - Psikolog, Dosen Psikologi Universitas Esa Unggul

Suka diam sejenak, refleksi, menulis, dan ngoepi.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Bapak Nadiem Makarim, Sosok Inspiratif Semarak Merdeka Belajar!

10 Mei 2023   00:09 Diperbarui: 10 Mei 2023   00:21 285
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setidaknya tiga kali, Bapak Nadiem Makarim membuat batin saya spontan tersenyum.

Pertama, saat layanan Gojek beliau ciptakan. Bagaimana tidak? Layanan tersebut membuat saya mudah mengakses jasa layanan. Saya juga merasa aman dengan tarif yang jelas dan ekonomis. Netizen tentu sependapat bukan? Kontribusi layanan ini menjadi pertolongan bagi setiap pihak yang terlibat. Pun ketika komunitas ojek pangkalan merasa terancam dan berusaha memperjuangkan ranah mata pencahariannya, terciptalah ruang demokrasi yang melahirkan kesepakatan.

Kedua, saat program merdeka belajar beliau lahirkan. Dari namanya saja, merdeka belajar, langsung berdampak memercikkan semangat. Tanpa saya paham bagaimana detil isi program, namun saya turut bergetar oleh energi kebebasan dan motivasinya. Suara-suara kebingungan pada awal pelaksanaan program tidak merintangi setiap pihak untuk berderap melangkah maju. Merdeka belajar, entah bagaimana, nyata membangun ekositem positif, dimana penghuninya berfokus bukan pada masalah, melainkan terus berusaha mencari solusi yang lebih baik dari waktu ke waktu.

Ketiga, ketika beliau mengumumkan perubahan bentuk tes masuk perguruan tinggi negeri, tidak lagi berupa tes prestasi dari sejumlah mata pelajaran, melainkan tes kemampuan penalaran. Saya jadi teringat dengan ulasan para dosen ketika saya kuliah magister profesi psikologi pendidikan. Mereka menjelaskan mengenai perbedaan antara tes prestasi dan tes kemampuan penalaran. Tes prestasi mengukur hasil belajar, untuk menilai keberhasilan proses belajar yang sudah dilalui. Sementara tes kemampuan penalaran mengukur potensi bawaan, untuk memprediksi keberhasilan pendidikan yang akan dimasuki. Sungguh, keputusan ini menghentikan "tradisi" praktik keliru.        

 

Batin saya pun bertanya-tanya, bagaimana beliau dapat melakukan terobosan sejati tersebut?!

Ide layanan Gojek muncul dari pengalaman pribadi Bapak Nadiem sebagai pengguna ojek. Ia memilih jasa layanan ini karena mobilitasnya tinggi sementara tingkat kemacetan di Jakarta juga tinggi. Beliau juga mengamati bahwa kebanyakan pengemudi ojek hanya menghabiskan waktunya menunggu pelanggan, dan pelanggan cukup sulit didapat. Refleksi dan pengamatan tersebut beliau diskusikan juga bersama beberapa ojek langganannya sehingga menjadi bersifat faktual. Beliau menyimpulkan adanya supply and demand yang tidak sesuai, dan mendirikan Gojek untuk menjadi solusi bersama (Nurdyansa, 2022).

Kebijakan merdeka belajar dilakukan untuk mereformasi sistem pendidikan nasional Indonesia. Esensi dari kebijakan ini ialah menggali potensi terbesar dari para guru sekolah dan murid untuk berinovasi dan meningkatkan kualitas pembelajaran secara mandiri. Beliau menegaskan bahwa mandiri bukan hanya dalam mengikuti proses birokrasi pendidikan, melainkan benar-benar inovasi pendidikan. Dengan begitu, arahan bapak dan wakil presiden untuk meningkatan kualitas sumber daya manusia dapat beliau mulai tindaklanjuti dalam peran tanggung jawabnya sebagai menteri pendidikan dan kebudayaan (Pengelola web kemdikbud, 2020), atau saat ini perannya menjadi menteri pendidikan, kebudayaan, riset, dan teknologi (https://id.wikipedia.org/wiki/Nadiem_Makarim).

Sementara alasan penghapusan tes prestasi dari sejumlah mata pelajaran, atau dikenal dengan istilah TKA (Tes Kemampuan Akademik), saat seleksi masuk tes perguruan tinggi adalah (Adit, 2022):

  • Peserta didik tidak tergantung pada lembaga bimbingan belajar untuk persiapan tes;
  • Peserta didik tidak perlu khawatir akan keharusan untuk menghafal konten;
  • Orang tua tidak terbebani tanggungan finansial tambahan untuk bimbingan belajar peserta didik;
  • Guru berfokus pada pembelajaran yang bermakna, holistik, dan berorientasi pada penalaran, bukan hafalan;
  • Guru percaya diri bahwa pembelajaran sesuai kurikulum sudah cukup dalam menyiapkan peserta didik untuk menghadapi seleksi masuk perguruan tinggi negeri.

Saya terinspirasi oleh daya efektif dan empati beliau! 

Bapak Nadiem Makarim terbuka menghadapi kenyataan di muka. Sungguh-sungguh berhadapan. Bukan berlindung dan menilai kenyataan dari balik tempurung pengetahuan-pengalaman-harapan. Kenyataan menjadi hal yang bersifat baru. Banyak peluang bertebaran di situ. Berinovasi jitu. Bukan untuk memuaskan nafsu. Akan tetapi untuk bisa membantu. Semarak merdeka belajar sesederhana itu! Bersediakah aku, dan kamu?***

Baca juga: Main Jigsaw

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun