Mohon tunggu...
Anastasia Ika
Anastasia Ika Mohon Tunggu... -

aku adalah perempuan biasa yang bukan biasa-biasa saja aku adalah perempuan yang ada karena cinta dan aku adalah perempuan yang ada untuk mencinta

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Huta Miniku: Jogja Orangutan Center

10 April 2012   14:17 Diperbarui: 25 Juni 2015   06:47 316
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1334066809642511527

[caption id="attachment_181149" align="alignnone" width="1024" caption="Jogja Orangutan Centre"][/caption]

Bagiku, Jogja Orangutan Center adalah sebuah hutan mini yang penuh dengan anek ragam hayati. Namun, dalam kenyataannya, tempat ini tidak hanya hanya untuk rehabilitasi orangutan, melainkan juga untuk aneka satwa lain yang dilindungi. Di sini, satwa-satwa diliarkan kembali, dilatih untuk beradaptasi kembali dengan alam liar dan diajari kemampuan berburu dan bertahan hidup.

Jogja Orangutan Center (JOC) terletak di Dusun Paingan, Desa Sendangsari, Kecamatan Pengasih, Kabupaten Kulon Progo, duapuluh dua km arah barat kota Jogyakarta. JOC menempati luas lahan sekitar empat belas hektar. Lahan yang berkontur membuat tempat ini sangat mengasyikkan. Kita serasa berada di hutan dengan jalan tanah yang becek, genangan air di rerumputan, dan danau yang berfungsi sebagai tempat penampungan air juga digunakan untuk melatih elang berburu ikan. Tempat yang indah dan alami. Udara sangat bersih. Dedaunan yang jatuh dibiarkan begitu saja, alam menghancurkannya dan menjadi kompos alami. Gerimis kecil menemaniku melewati jembatan bambu yang melintang di atas kali. Suara air yang bergemericik di sela-sela bebatuan dan jalan setapak licin yang naik dan turun mengikuti kontur memacu adrenalin.

Tempat yang sangat penting di JOC adalah pusat rehabilitasi satwa yang terdiri dari beberapa bagian. Kita harus didampingi pemandu saat memasuki tempat ini. Pelepasliaran kembali satwa melewati beberapa tahap. Pertama-tama satwa yang akan direhabilitasi dikarantina dan diperiksa apakah ada penyakit menular seperti flu burung, hepatitis, rabies, dan TBC. Dibutuhkan waktu berbulan-bulan untuk mengobservasi satwa. Setelah satwa yang akan dilepasliarkan siap, satwa itu baru ditempatkan di kandang terbuka. Rata-rata satu satwa menempati satu kandang. Jumlah pengunjung dibatasi dan pengunjung harus menjaga jarak tertentu saat melihat satwa agar satwa-satwa yang ada tidak stres.Tempat nutrisi, tempat menyiapkan makanan untuk satwa pun berada di area ini. Ternyata satwa membutuhkan makanan sebesar 10% dari berat tubuhnya, menurut Sadino, salah satu animal keeper di sini. Selain klinik dan laboratorium, fasilitas ini juga dilengkapi dengan ruang otopsi dan krematorium untuk satwa yang mati.

Satwa-satwa yang ada di JOC meliputi tiga puluh satu ekor primata (antara lain orangutan, siamang, beruk, oa-oa, dan monyet ekor panjang), burung (antara lain kakaktua, nuri, elang, dan kasuari), buaya, ular, dan penyu.

Orangutan tertua bernama Boni, berusia enambelas tahun. Boni disita dari ‘tuannya’ di Muntilan. Dulu Boni dipekerjakan untuk mencuci mobil dan mengepel lantai. Kebiasaan-kebiasaan itu kadang masih terlihat dari tingkah lakunya. Boni ini sudah tidak bisa dilepaskan kembali ke habitatnya karena sudah terlalu jauh dari sifat alaminya.

Program Pendidikan Konservasi ditujukan untuk para pengunjung. Kita diberi pengetahuan tentang konservasi alam dan ilmu pengetahuan dengan menggunakan metode praktek langsung dikombasi dengan permainan-permainan. Program pendidikan konservasi berupa animal care, detektif pohon, detektif air, detektif serangga, ekosistem kecil, jejak sampah, si pohon kecil, dan menangkap ikan.

JOC juga menyediakan fasilitas ruang pertemuan, penginapan yang bersih,nyaman, dan aman, jasa outbound training,camping ground, dan ekowisata. Sinyal internet di lokasi juga cukup kuat.

Di tempat ini kita belajar banyak tentang alam seperti kekuatan orangutan tujuh kali kekuatan laki-laki dewasa.Pagi hari kita mendengarkan paduan suara siamang yang bersahut-sahutan, kicauan burung, suara lenguhan sapi dari desa sebelah, dan suara gareng pung serangga yang menandakan musim kemarau hampir tiba.

Banyak hal kecil dan sederhana yang dapat kita lakukan dalam aksi nyata usaha konservasi satwa, seperti tidak memburu/membunuh/menyakiti satwa liar, tidak membeli/menjual satwa liar yang dilindungi, tidak memelihara satwa liar di rumah, dan membantu lembaga-lembaga yang bergerak di bidang usaha konservasi.

Untuk informasi anda dapat mengunjungi www.jogjaorangutancentre.org.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun