Mohon tunggu...
Anastasia Alissa
Anastasia Alissa Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Halo! Saya Anastasia Alissa. Saat ini saya merupakan seorang mahasiswa di salah satu universitas di daerah Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Tuntas Perundungan, Tantangan, dan Tanggung Jawab Bersama

19 April 2024   17:18 Diperbarui: 19 April 2024   17:59 147
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Jerry Zhang, unsplash.com

Masa-masa sekolah merupakan saat yang berharga bagi seseorang karena masa tersebut tidak dapat terulang kembali. Pengalaman yang dirasakan bersama teman menjadi momen yang akan diingat sampai akhir hayat. Namun, apa yang akan terjadi jika pengalaman yang dilewati dalam masa tersebut bukanlah pengalaman yang baik? Bagaimana pengalaman pahit tersebut memengaruhi kehidupan seseorang?

Mengungkap Perundungan di Sejak Dini

Perundungan merupakan suatu tindakan tidak menyenangkan yang dilakukan seseorang atau sekelompok orang, baik secara verbal maupun fisik di dunia nyata atau dunia maya. Perundungan yang terus menerus dilakukan terhadap seseorang dapat berakibat fatal. Sepanjang Januari sampai dengan Agustus 2023, Komisi Perlindungan Anak serta Federasi Serikat Guru Indonesia mencatat terdapat 2.355 kasus perundungan di tingkat sekolah. Data tersebut menjadi pendorong akan gentingnya bahaya perundungan saat ini.

Perundungan terjadi karena kurangnya rasa simpati dan empati seseorang akan kondisi atau keadaan orang lain, baik secara fisik maupun secara psikis. Perundungan, dalam segala bentuknya, merupakan salah satu masalah sosial yang masih merajalela di berbagai lingkungan, termasuk di sekolah, tempat kerja, bahkan di dunia maya.

Fenomena ini tidak hanya merugikan korban secara emosional, tetapi juga memiliki dampak jangka panjang yang serius terhadap kesejahteraan mental dan fisik individu yang terkena dampaknya. Kecenderungan sifat individualis menjadi sarang ego seseorang dalam bertumbuh. Kurangnya pengawasan serta kasih sayang dari lingkungan tempat ia bertumbuh juga bisa menjadi penyebab. Namun tidak jarang pula pelaku perundungan datang dari individu yang latar belakangnya baik dan tercukupi dalam segi materil dan emosional. Keadaan yang tercukupi membuat dirinya merasa berkuasa atas diri orang lain.

Era Digital Menjadi Sarang Terjadinya Perundungan

Perundungan tidak hanya terjadi di lingkungan fisik, tetapi juga semakin banyak terjadi di dunia maya, dengan munculnya istilah cyberbullying. Anonimitas yang diberikan oleh berbagai platform online seringkali memberikan keberanian kepada pelaku untuk melakukan tindakan kekerasan verbal atau psikologis terhadap orang lain tanpa merasa bertanggung jawab atas konsekuensinya. Bahkan, seringkali korban perundungan online tidak dapat melarikan diri dari tekanan dan kekerasan yang mereka alami, karena dapat menyebar dengan cepat dan mencapai audiens yang sangat luas. Oleh karena itu, memasuki era modern ini, sudah saatnya bagi kita untuk secara aktif menentang dan mengakhiri praktik perundungan di setiap level masyarakat.

Penting untuk diakui bahwa perundungan bukanlah masalah yang dapat diabaikan atau disepelekan. Dalam masyarakat yang semakin terhubung dan terpapar informasi, dampaknya bisa sangat merusak, terutama bagi generasi muda yang rentan terhadap pengaruh negatif dan tekanan sosial. Oleh karena itu, sebagai anggota masyarakat yang peduli, kita memiliki tanggung jawab untuk berdiri bersama-sama melawan perundungan di setiap kesempatan yang ada.

Menuntas Perundungan

Langkah-langkah konkret harus diterapkan secara efektif untuk mengakhiri perundungan. Oleh karena itu, pendidikan dan advokasi mengenai pencegahan perundungan penting untuk diterapkan sejak dini. Sekolah, keluarga, dan komunitas online harus memberikan perhatian khusus pada pembelajaran tentang kepedulian, simpati, empati, dan penghargaan terhadap keberagaman. Pendidikan moral mengenai pentingnya kasih sayang, rasa peduli, dan tata krama menjadi kunci utama dalam menurunkan angka kasus perundungan di Indonesia. Selain itu, penting juga untuk memiliki kebijakan yang jelas dan penegakan hukum yang tegas terhadap tindakan perundungan, baik di dunia nyata maupun di dunia maya.

Namun, langkah-langkah ini hanya akan berhasil jika didukung oleh komitmen kolektif dari seluruh masyarakat. Setiap individu memiliki peran penting dalam menciptakan lingkungan yang aman dan mendukung bagi semua orang. Mulai dari menghentikan perilaku perundungan ketika kita melihatnya, hingga menopang korban perundungan dengan memberikan dukungan moral dan sumber daya yang diperlukan, setiap tindakan kecil dapat membantu memperbaiki situasi.

Kita hidup di zaman di mana konektivitas global yang memberikan kita kesempatan untuk memperluas pengaruh positif kita. Mari gunakan kekuatan ini untuk mengakhiri era perundungan dan menciptakan dunia yang lebih ramah dan inklusif bagi semua orang. Tidak ada lagi alasan untuk diam tentang perundungan. Saatnya bertindak, bersama-sama kita bisa membuat perbedaan.

Anastasia Alissa, Mahasiswa Program Hubungan Masyarakat dan Komunikasi Digital, Universitas Negeri Jakarta angkatan 2022

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun