Kerja sama, apa sih yang terlintas dipikiranku kok sepertinya terlihat rumit?
Itulah yang muncul pertama kali saat para guru mengumumkan bakalan ada proyek kedua yaitu pentas seni daerah.
“Wahh kayaknya seru juga ya? Tapi keliatan rumit nih, kan kelasnya berantakan pada suka keluyuran bakalan ribet.”
Sahutku dalam hati.
Saat latian pertama kali bener-bener bubrah, banyak temanku yang keluyuran, tidur, bahkan main hp. Kelasku ini didampingi oleh 3 guru terbaik yaitu Bu Fanny, Bu Vina, dan Pak Markus mereka adalah guru terhebat dan super sabar dalam menghadapi kelas XA ini.
Mulai dari sini, Ketua kami yaitu Mauren dia adalah orang yang super duper sabar buat ngatur sekelas yang isinya 36. Bayangin deh ngatur anak segitu tapi ribut, wah kalau aku yang ngatur sih bakalan gajadi ya hehe. Setiap kali kami latian yaitu saat hari Kamis dan jumaat ada saja masalahnya tapi karena Ketua kami tegas temenku terutama yang cowo pada takut sih sama ketuaku ini. Gatau kenapa murid cowo dikelasku rata rata bandel sama susah diatur, tapi lama-kelamaan mereka menerima keadaan dan mengikuti latian dengan lancar jaya. Laparku memijat-mijat lambungku yang kecil setiap kali latian, setelah latian aku selalu makan banyak untuk mengisi energiku agar semangat latian.
Hari Jumaat adalah hari membosankan karena isinya hanya latian latian dan latian. Setiap pagi kerjaanku hanya bermain Roblox dengan Melin, kita adalah 2 orang yang suka game horor, karena teka tekinya sangat rumit dan seru. Latian sangatlah membosankan tapi bagaimana lagi kan nilainya buat kita sendiri. Ga semudah itu untuk latian agar kompak semua. Bahkan aku saja suka kabur dari latian dengan alasan rapat untuk kostum, dan akhirnya aku kena omel oleh ketua. Awalnya aku mengelak karena bagianku cuma bermain congklak dan itupun tidak begitu penting. Tapi setelah dimarahi aku sadar bahwa itu adalah kesalahan, ternyata bermain congklak pun perlu tahu bagian masuk, keluar, dan blocking dalam permainan. Semua itu harus diperhatikan untuk berlangsungnya pentas seni dengan baik. waktu itu alur yang ditentukan oleh para sutradara juga masi berantakan, untung ada Bu Vina ia adalah guru seni budaya tentunya ia membantu kita dalam menyelasaikan semua masalah yang dialami kelas ini
Lanjut saja ke hari ke 2 sebelum pentas seni kami berempat akan menyewa kostum untuk Saman, karena kelasku mendapatkan tema Sumatera. Temanku bernama Endah, Belva, dan Aurel. Kita menyewa baju di Gejayan yang lokasinya cukup jauh dari rumah Endah.
“Menyewa baju ternyata mahal juga ya?”
ucap aku dalam hati. Untuk 10 anak saja kita merogoh saku sebanyak 800 ribu.
“waduh uangnya kurang nih? Coba kamu hubungi Mauren dulu jadi atau ga?”