Banyak sekali penduduk kampung yang merasa cocok dengan obat-obatan herbal yang Mbah racik, sehingga mereka menganggap Mbah sebagai seorang dukun atau orang pintar, padahal Mbah bukanlah seorang dukun. Mbah hanya membantu para penduduk yang ingin sembuh dari penyakit namun tidak mampu mengeluarkan biaya yang besar seperti membayar rumah sakit.
Keahlian Mbah meracik obat-obatan herbal ini Mbah dapatkan dari leluhur keluarga Mbah. Mbah keturunan orang Jawa Tengah yang sangat menjunjung tinggi budaya dan tradisi. Mbah sering melakukan puasa, meditasi, dan Mbah sangat menjaga benda-benda pusaka seperti keris yang ada di rumah Mbah ini.
Rio memotong penjelasan Mbah Broto dengan bertanya, "Meditasi itu apa, Mbah?"
Mbah mengangguk-angguk dengan selalu tersenyum lalu melanjutkan berbicara, "Meditasi merupakan cara Mbah berbicara dan mendengarkan pesan alam. Mbah bisa melakukannya dengan cara duduk tegak bersila dan memejamkan mata, lalu Mbah mengatur pernapasan. Mbah bisa merasa tenang mendengarkan suara-suara dari alam, seperti suara burung, angin, atau gemericik air. Saat meditasi, Mbah juga bisa sekaligus mengucapkan doa syukur kepada Tuhan. Meditasi dapat melatih diri kita menjadi seorang yang sabar. Hati dan pikiran kita juga menjadi peka. Contohnya, waktu itu Mbah bisa mengetahui Adit dan Rio mengintip Mbah dari celah rumah gubuk ini. Tentu hal tersebut membutuhkan latihan yang terus-menerus."
"Mbah lanjutkan lagi ya ceritanya."
Semua menjawab dengan semakin bersemangat. "Siap, Mbah!"
"Hari berganti hari, kemampuan Mbah dalam meracik obat herbal sampai ke beberapa desa tetangga bahkan luar kota. Hal tersebut menimbulkan rasa iri bagi beberapa pihak sehingga membuat hati Mbah merasa tidak nyaman tinggal di sana. Berbagai fitnah mereka lakukan terhadap Mbah supaya tidak ada lagi yang percaya terhadap kemampuan Mbah.
Akhirnya, Mbah menemukan tempat ini untuk mengasingkan diri. Mbah mengetahui tempat ini dari salah satu saudara Mbah yang tinggal di desa seberang, tepatnya di balik Bukit Hijau itu."
Saat akan melanjutkan ceritanya lagi, Mbah Broto berhenti sejenak lalu berkata, "Sepertinya Mbah mendengar suara langkah kaki di luar sana."
"Tok..tok..tok...", terdengar suara pintu rumah Mbah Broto diketuk oleh seseorang.
Mbah Broto meminta Adit untuk membukakan pintu. Adit pun bangkit dari tempat duduknya dan berjalan ke arah pintu ruang tamu. Tangannya menarik pegangan pintu dan akhirnya pintu pun terbuka lebar.