"Kamu mengintip lagi?" Adit terkejut mendengar suara seorang lelaki tua di belakangnya. Ternyata itu Mbah Dukun.
"Mana teman-temanmu yang lain?" Mbah Dukun bertanya lagi.
"Kali ini saya datang sendirian karena saya penasaran dengan Mbah Dukun."
Mbah Dukun terkekeh dan menjawab, "Saya ini bukan dukun. Siapa yang mengatakan padamu kalau saya ini seorang dukun? Dasar bocah!"
"Warga kampung di balik Bukit Hijau yang mangatakannya, Mbah" Adit menjawab sedikit tertunduk karena masih diliputi perasaan takut.
Adit melanjutkan berbicara, "Ditambah lagi di dalam rumah Mbah banyak sekali keris dan beberapa macam patung serta hiasan yang bentuknya menyeramkan.
"Kalau kamu ingin tahu tentang Mbah, ayo panggil dulu ketiga temanmu. Biar kita semua bisa berpetualang di rumah Mbah ini. Mbah akan mengajak kalian masuk ke dalam sebuah petualangan rahasia. Oh, ya panggil saja saya Mbah Broto."
Adit menatap Mbah Broto dengan mata berbinar. "Betul itu, Mbah?"
Mbah Broto hanya tersenyum dan melipat kedua tangannya di dada. "Ya, sudah ayo sana panggil dulu ketiga temanmu. Jangan berlama-lama ya, nanti keburu siang karena cuaca hari ini cukup panas."
Adit pun berlalu dengan riang dan mengayuh sepedanya penuh semangat. Rumah pertama yang dia datangi adalah rumah Rio. Berikutnya adalah rumah Wira dan Sekar.