Tanpa sadar tangan Adit merogoh ke dalam tas kecil yang dia selempangkan di bahu. Dia teringat keris kecil yang sampai detik ini masih dia simpan di dalam tasnya itu.
Mbah Broto meminta Adit, Rio, Wira, dan Sekar untuk segera menyantap hidangan yang telah tersedia, namun mereka merasa enggan menyantap makanan tersebut setelah melihat sayur dan lauk pauk yang disajikan Mbah Broto tampak aneh. Keanehan itu terlihat dari bentuk dan warnanya.
Mereka berempat saling pandang. Rio dan Wira saling sikut. Sekar sedikit berbisik di telinga Wira, "Sayur dan lauk pauknya aneh, ya."
"Lho, kok malah bisik-bisik? Ayo, dicoba dulu, nanti pasti kalian ketagihan. Badan kalian akan sehat dan kuat jika menyantap masakan Mbah ini." Mbah Broto mengambil piring kemudian diberikan kepada mereka satu per satu.
"Apa perlu Mbah ambilkan untuk kalian? Ini baru permulaan petualangan rahasia kita loh. Mbah Broto tersenyum penuh makna sambil menaikkan alisnya.
Adit teringat pesan ayahnya bahwa jika seseorang tak dikenal atau baru dikenal memberinya makanan dan minuman, maka harus berhati-hati. Siapa tahu di dalam makanan tersebut terdapat racun atau zat lainnya yang bisa membahayakan tubuh.
Akhirnya Adit memutuskan untuk bertanya, "Mbah, lauk pauk ini baru pertama kali aku lihat. Apakah semuanya aman untuk dimakan? Seingatku, ibu tidak pernah memasak makanan seperti ini."
Mbah Broto lalu tersenyum menatap Adit.Â
(Bersambung)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H