Setelan jas berwarna hitam dengan kemeja putih di bagian dalam membuat Bas terlihat begitu tampan. Di kamar sebuah villa dengan arsitektur unik, ia mematut dirinya di depan sebuah cermin. Walaupun postur tubuhnya tidak terlalu proporsional namun itu tidak mengurangi ketampanannya. Jika berat badannya ditambah lagi beberapa kilogram, pasti akan terlihat jauh lebih sempurna. Sepatu kulit baru dengan sentuhan desain modern betul-betul membuatnya seperti pangeran muda yang siap menjadi raja sehari. Semesta tersenyum memerhatikan penampilannya hari ini. Begitu pun lelaki dengan sepasang mata jernih, turut merasakan momen bahagia ini.
Di kamar sebelahnya lagi tampak wanita mungil sedang didandani layaknya seorang putri. Gaun pengantin berwarna putih dengan rancangan sendiri tampak sangat elegan. Tidak banyak hiasan atau manik-manik bling-bling pada gaunnya itu. Tampak sederhana membalut tubuh mungil Lea. Senyum bahagia terus menghiasi bibirnya, terlebih saat MUA menambah blush on berwarna pink natural di wajahnya. Begitu pun senyum lelaki dengan sepasang mata jernih itu, takjub melihat kecantikan Lea hari ini.
Beralih ke lantai bagian bawah yang luas, seluruh keluarga besar dari kedua belah pihak pun tengah bersiap-siap berdandan untuk segera menjadi saksi pernikahan mereka berdua. Semua tidak ingin datang terlambat. Mereka berlomba ingin menempati tempat duduk dengan spot terbaik. Tentu saja supaya bisa memotret pengantin dengan jelas kemudian menguploadnya di media sosial.
Bas dan Lea akan menikah di sebuah gereja pilihan mereka berdua. Gereja tempat di mana mereka berdua sering beribadah dan berdoa bersama. Di pojok ruangan gereja, lelaki dengan sepasang mata jernih turut mengatupkan tangan, memejamkan mata, dan berdoa untuk kebahagiaan Bas dan Lea.
******
"Bayar, Neng!" Kondektur bis kota menagih ongkos pada salah satu penumpang berseragam putih abu-abu. "Dompet saya ketinggalan, Bang. Boleh nggak ngutang dulu?" tutur Lea sedikit takut dan pastinya malu. Sepasang mata di bangku sebrang memerhatikan seraya tersenyum, hatinya tergelitik dengan kekonyolan gadis yang sekarang tampak kebingungan karena nggak bisa bayar ongkos bis kota.
"Ini, Bang, untuk 2 orang, ya! Saya dan dia," tangan Bas mengulurkan beberapa lembar uang dua ribuan kepada kondektur bis kota yang sedang ditumpanginya.
Lea menoleh ke arah Bas dan tersenyum, lalu berkata, "Terima kasih, ya! Nanti aku pasti ganti uangmu kalau seandainya semesta mempertemukan kita lagi." Semburat merah di pipi tak bisa disembunyikan oleh Lea.
******
"Rupanya semesta memang menakdirkan mereka sering berjumpa. Diawali pertemuan di sebuah bis kota, jalan-jalan berdua menikmati hujan, sampai akhirnya sebentar lagi mereka akan mengikat janji setia di hadapan Tuhan dan seluruh keluarga.Â