Mohon tunggu...
Anas Stasya Hamzah
Anas Stasya Hamzah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Psikologi

Saya adalah seorang mahasiswi psikologi semester 5. Saat ini saya sedang tertarik dengan konten-konten psikologi, filsafat, dan agama. Keseharian saya diisi dengan rutinitas perkuliahan, organisasi, dan kegiatan-kegiatan pondok pesantren. Di sela-sela kesibukan saya, saya selalu meluangkan waktu untuk membaca buku, berdiskusi, berorganisasi, dan menulis.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kembali Sembuh, Temukan Makna Hidupmu

31 Desember 2023   20:42 Diperbarui: 31 Desember 2023   21:14 102
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Wina adalah salah satu kota sakral bagi perkembangan keilmuan psikologi. Terdapat tiga ilmuwan pencetus aliran terapi psikologi yang lahir di kota tersebut. Salah satunya yakni Victor Frankl atau yang kerap dipanggil Frankl. Ia adalah pendiri madzhab ketiga psikoterapi setelah psikoanalisis S. Freud dan psikologi individu Alfred Adler, yaitu aliran logoterapi.

Logoterapi adalah sebuah terapi psikologi melalui penemuan makna hidup. Logoterapi hadir sebagai buah hasil dari proses Frankl ketika menjadi tawanan di "kamp konsentrasi nazi" di Jerman. Yang mana orang tua, saudara laki-laki, istri, dan anaknya juga mati sebagai korban dari tragedi tersebut. Pengalaman tersebut tidak akan pernah hilang dari ingatannya, akan tetapi ia mampu mengkonstruksikan pengalaman tersebut untuk mempertahankan rasa cinta dan gairah hidupnya. Penyiksaan, teror, dan pembunuhan secara kejam sudah menjadi makanan keseharian Frankl di dalam Kamp tersebut. Dari pengaatan Frankl, ia mendapati bahwa harapan akan kebebasan yang besemayan ditubuh tahanan merupakan kunci untuk mampu menerima, bersikap tabah dan mampu bertahan di tengah situasi dan kondisi yang carut marut. 

Dalam bukunya yang berjudul The Man Search for Meaning, Frankl menyampaikan bahwa "Jika hidup benar-benar memiliki makna, maka harus ada makna dalam penderitaan. Karena penderitaan merupakan bagian tak terpisahkan dari kehidupan manusia. Meskipun penderitaan itu merupakan nasib dan dalam bentuk kematian. Tanpa penderitaan dan kematian, hidup manusia tidak sempurna."

Dalam logoterapi terdapat beberapa induk teori, antara lain: 

  • Eksistensialisme; Logoterapi adalah terapi yang menggunakan filosofi eksistensialisme untuk mengungkapkan makna dasar kehidupan manusia sehari-hari guna mencapai eksistensi yang lebih baik. Pendekatan ini menyatakan bahwa: 1) Manusia eksis dalam waktu. 2) Manusia berusaha untuk eksis. 3) Kecemasan, ketakutan, dan perhatian terhadap suatu peristiwa merupakan akibat dari sikap cinta kasih terhadap seseorang dan dunia sekitar. Sehingga pendekatan ini memiliki arti substansial yakni setiap manusia yang hidup di muka bumi harus memiliki kemampuan untuk bertanggung jawab akan segala tindakannya. Sehingga manusia tersebut mampu menerima segala keadaan dengan kemungkinan kondisi yang berbeda.
  • Stoicisme; Untuk mendapatkan makna dari hidup dibutuhkan sikap tabah, sabar, dan tenang dalam menjalani permasalahan. Bahkan sikap-sikap tersebut juga mampu membantu seseorang mendapatkan situasi yang lebih bermakna di alam kematian.

Dalam pelaksanaannya terdapat tiga konsep utama, yakni pentingnya makna hidup, kebebasan berkehendak, dan kemampuan manusai bertahan pada penderitaan dan peristiwa tragis. Konsep-konsep tersebut memiliki keterkaitan dengan eksistensi manusia. Yang mana dalam logoterapi ditandai dengan kerohanian (spirituality), kebebasan (freedom), dan tanggung jawab (responbility).

Logoterapi adalah terapi psikologi yang menekankan pada penemuan makna hidup seseorang guna membangun spirit hidup baru. Dalam praktiknya, logoterapi tidak dapat sembarangan dintervernsikan pada segala jenis gangguan jiwa. Terdapat teknik-teknik logoterapi yang disesuaikan dengan permasalahan klien. Teknik tersebut antara lain:

  • Paradoxical Intention : Berusaha mengubah sikap penderita yang semula serba takut menjadi ”akrab” dengan obyek yang justru ditakutinya dengan memandang segi-segi humor dari keluhannya. Teknik ini tidak disarankan diintervensi pada jenis gangguan skizofrenia, depresi, terutama kasus depresi dengan kecenderungan bunuh diri.
  • Dereflection : Memanfaatkan kemampuan transendensi diri (self transcendence) yang ada dalam diri setiap orang dalam transendensi diri ini seseorang berupaya untuk keluar dan membebaskan diri dari kondisinya (berusaha untuk tidak lagi terlalu memperhatikan keluhankeluhannya). Dereflekction tampaknya sangat bermanfaat dalam konseling bagi klien dengan preokupasi somatic, gangguan 30 tidur dan digunakan secara spesifik pada gangguan seksual seperti impotensi dan frigiditas 
  • Medical Ministry: Frankl, mengungkapkan bahwa dalam Logoterapi terdapat pula kasus-kasus di mana yang diperlukan sama sekali bukan terapi, melainkan sesuatu yang lain, bimbingan rohani.
  • Modification of Attitudes : Teknik logoterapi ini digunakan untuk noogenic neurosis, depresi dan kecanduan obat untuk mempromosikan dalam meningkatkan makna hidup.
  • Appealling Tehnique : Teknik yang menggunakan gabungan antara paradoksikal intension dan derefleksi, yang didasarkan pada kekuatan sugesti terapis untuk menuntun klien menemukan makna hidupnya. Teknik ini digunakan pada kasus-kasus dimana klien tidak mampu lagi menemukan sendiri makna hidupnya seperti pada klien yang terlalu muda usianya atau terlalu tua 33 sehingga mengalami kesulitan dalam menemukan sendiri makna hidupnya (Bastaman, 2007). 
  • Socratic Dialogue : Suatu bentuk percakapan antara terapis dan klien di mana terapis mengajukan pertanyaan atau ungkapan kepada klien untuk membantu klien menemukan jawaban atas masalah yang sedang mereka hadapi 
  • Family Logoterapi : Fokus terapi keluarga yang membantu keluarga fokus pada makna hambatan, sehingga anggota keluarga yang cemas memahami makna kehidupan anggota keluarga mereka yang bermasalah.

Pertanyaan yang sering muncul pada terapi ini yakni "apakah terapi ini cocok untuk segala usia?" jawabannya tidak. Karena secara fundamental, cocok tidaknya terapi bergantung kepada klien. Terapi logoterapi juga menitikberatkan pada penemuan makna hidup seseorang. Sehingga sangat tidak mungkin diberikan kepada anak-anak.

Referensi:

Bastaman, H. . (2007). Logoterapi “Psikologi untuk Menemukan Makna Hidup dan Meraih Hidup Bermakna.” PT. Raja Grafindo Persada.
Boeree, G. (2005). PERSONALITY THEORIES (A. Qodir Saleh (Ed.); II). PRIMASOPHIE.
Frankl, V. (n.d.). Man Search For Meaning. 
Marshall, M., & Ph, D. (2011). Prism of Meaning.
Tomy, A. (2014). Logoterapy: A Means of Finding meaning to Life. Journal of Psychiatric Nursing, 3(1), 1–40  

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun