Mohon tunggu...
Ana Sopanah
Ana Sopanah Mohon Tunggu... Dosen - Dosen Universitas Widyagama Malang

Saya adalah Dosen FE Akuntansi di Universitas Widyagama Malang dan Aktif di beberapa organisasi Profesi Moto: Yakin Usaha Sampai

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Pentas Kolosal "100 Penari Topeng" Resmikan Kampung Budaya Polowijen

6 April 2017   17:32 Diperbarui: 7 April 2017   02:30 948
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kampung Budaya di Resmikan Oleh Walikota

Saya memang bukan asli penduduk Polowijen, tetapi saya sudah 17 tahun tinggal di Polowijen, tepatnya di RT 03 RW 02 Kelurahan Polowijen. Kampung ini dahulu kala bernama Panawijen, sebuah kampung kuno yang ternyata mempunyai banyak situs bersejarah. Selama ini kampung Polowijen biasa-biasa saja, tidak ada yang istimewa meskipun mempunyai banyak situs sejarah. Namun 4 bulan terakhir, salah satu warga Bernama Isa Wahyudi yang akrab di sapa Ki Demang mulai menggerakan kampung inimenjadi sebuah Kampung Budaya. 

Di awali dengan sarasehan “Ada Apa di Polowijen” pada tanggal 28 Desember 2016 Ki Demang mulai mengajak masyarakat turut serta membangun Kampung Budaya. Seluruh warga yang kurang lebih 30 KK turut serta mengikuti arahan yang di gagas oleh Ki Demang. Mereka bersama-sama menyatukan mimpi untuk menjadikan Polowijen menjadi Destinasi Budaya di Kota Malang. Bapak-Bapak belajar membuat Topeng, merenovasi rumah menjadi rumah gedeg, Ibu-Ibu belajar membatik, semua pengajar asli dari Polowijen.

Sesekaran di Sumur Windu Kendedes
Sesekaran di Sumur Windu Kendedes
Banyak kegiatan yang digagas oleh Ki Demang, diantaranya budaya sehat di kampung, dengan senam sehat setiap minggu yang sudah berjalan selama 4 bulan ini. Selanjutnya sekitar 15 rumah menuju situs kendedes rumah yang semula tembok di ganti dengan gedeg (rumah bambu) sehingga terlihat suasana seperti kampung. Selain itu akan ada 15 gazebo yang terletak di depan rumah tersebut yang kebetulan adalah sungai. Jadi diatas sungai akan di didirikan Gazebo-gazebo untuk kegiatan warga seperti membatik,membuat topeng, belajar dan jualan. 

Setelah siap diresmikan, masyarakat meminta Walikota Malang (Abah Anton) hadir untuk meresmikan Polowijen menjadi Kampung Budaya Polowijen (KPB) pada tanggal 2April 2017. Masyarakat Polowijen dan Masyarakat lainnya dari berbagai kota di Jatim hadir berbondong-bondong menyaksikan berbagai acara yang spektakuler disajikan oleh panitia, dianataranya Tari Kolosal 100 Penari Topeng, sesekaran ke makam Mbah Reni penemu topeng Malang, atraksi Nyi Putut dan Sarasehan MencariHari Jadi Polowijen.

Ibu-Ibu Pembatik Berpose di Kampung Budaya Polowijen
Ibu-Ibu Pembatik Berpose di Kampung Budaya Polowijen
Saya adalah salah satu dari 100 penari kolosal Grebeg Jowo yang menjadi saksi atas peresmian Kampung Budaya Polowijen. Saya berlatih bersama penari lainnya di Sekolah Budaya Tunggul Wulung (SBT) pimpinan Mbah Yongki Irawan seorang Budayawan.

MbahYongki menceritakan makna dari tarian tersebut yaitu manusia harus mempunyaisifat kelembutan sebagai karakteristik manusia, khususnya di Jawa. Sementaraitu, Kepala Sekolah SBT Joni Buana mengungkapkan bahwa peserta tari mulai dari anak-anaksampai dewasa telah berlatih selama tiga bulan dari berbagai kalangan baikpengajar, pengusaha, mahasiswa maupun anak sekolah. 

Kampung Budaya di Resmikan Oleh Walikota
Kampung Budaya di Resmikan Oleh Walikota
Mengapa Kampung Budaya Polowijen layak menjadi Destinasi Budaya di Kota Malang? Sebagai warga Polowijen tentunya saya sangat bangga dan ingin sekali Polowijen benar-benar menjadi destinasi wisata Budaya. Jika saudara tertarik pada wisatabudaya, silahkan Mengunjungi Kampung ini, saudara akan melihat Sumur Windu Ken Dedes yang konon diceritakan menjadi tempat mandinya Kendedes. 

Kendedes telah melahirkan Raja-Raja besar di Jawa. Selain itu saudara juga bisamengunjungi Makam Ki Condro Suwono atau yang biasa disapa Mbah Reni yang merupakanseniman topeng Malangan asal Polowijen. Selain itu saudara juga dapatmengunjungi makam Mbok Gundari, anak dari Mbah Reni yang merupakan penaritopeng Malangan yang konon cerita menggunakan Topeng Ragil Kuning saat menariterakhir, saat ini topeng tersebut disimpan oleh keluarganya. 

Saya sebagai wargaPolowijen berharap semoga setelah di resmikan kegiatan-kegiatan yang sudah diprogram oleh Ki Demang bersama masyarakat dapat terlaksana dengan baik danlancar, tentunya dengan dukungan Pemerintah Daerah setempat. Gerakan membangunkampung Budaya yang bertujuan untuk mencintai dan menjaga budaya semoga dapat membangkitkanekonomi sehingga meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan dapat menjadi inspirasibagi kampung lainnya di Indonesia. 

Malang, 2 April 2017 By Ana Sopanah

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun