Saya memang bukan asli penduduk Polowijen, tetapi saya sudah 17 tahun tinggal di Polowijen, tepatnya di RT 03 RW 02 Kelurahan Polowijen. Kampung ini dahulu kala bernama Panawijen, sebuah kampung kuno yang ternyata mempunyai banyak situs bersejarah. Selama ini kampung Polowijen biasa-biasa saja, tidak ada yang istimewa meskipun mempunyai banyak situs sejarah. Namun 4 bulan terakhir, salah satu warga Bernama Isa Wahyudi yang akrab di sapa Ki Demang mulai menggerakan kampung inimenjadi sebuah Kampung Budaya.
Di awali dengan sarasehan “Ada Apa di Polowijen” pada tanggal 28 Desember 2016 Ki Demang mulai mengajak masyarakat turut serta membangun Kampung Budaya. Seluruh warga yang kurang lebih 30 KK turut serta mengikuti arahan yang di gagas oleh Ki Demang. Mereka bersama-sama menyatukan mimpi untuk menjadikan Polowijen menjadi Destinasi Budaya di Kota Malang. Bapak-Bapak belajar membuat Topeng, merenovasi rumah menjadi rumah gedeg, Ibu-Ibu belajar membatik, semua pengajar asli dari Polowijen.
Setelah siap diresmikan, masyarakat meminta Walikota Malang (Abah Anton) hadir untuk meresmikan Polowijen menjadi Kampung Budaya Polowijen (KPB) pada tanggal 2April 2017. Masyarakat Polowijen dan Masyarakat lainnya dari berbagai kota di Jatim hadir berbondong-bondong menyaksikan berbagai acara yang spektakuler disajikan oleh panitia, dianataranya Tari Kolosal 100 Penari Topeng, sesekaran ke makam Mbah Reni penemu topeng Malang, atraksi Nyi Putut dan Sarasehan MencariHari Jadi Polowijen.
MbahYongki menceritakan makna dari tarian tersebut yaitu manusia harus mempunyaisifat kelembutan sebagai karakteristik manusia, khususnya di Jawa. Sementaraitu, Kepala Sekolah SBT Joni Buana mengungkapkan bahwa peserta tari mulai dari anak-anaksampai dewasa telah berlatih selama tiga bulan dari berbagai kalangan baikpengajar, pengusaha, mahasiswa maupun anak sekolah.
Kendedes telah melahirkan Raja-Raja besar di Jawa. Selain itu saudara juga bisamengunjungi Makam Ki Condro Suwono atau yang biasa disapa Mbah Reni yang merupakanseniman topeng Malangan asal Polowijen. Selain itu saudara juga dapatmengunjungi makam Mbok Gundari, anak dari Mbah Reni yang merupakan penaritopeng Malangan yang konon cerita menggunakan Topeng Ragil Kuning saat menariterakhir, saat ini topeng tersebut disimpan oleh keluarganya.
Saya sebagai wargaPolowijen berharap semoga setelah di resmikan kegiatan-kegiatan yang sudah diprogram oleh Ki Demang bersama masyarakat dapat terlaksana dengan baik danlancar, tentunya dengan dukungan Pemerintah Daerah setempat. Gerakan membangunkampung Budaya yang bertujuan untuk mencintai dan menjaga budaya semoga dapat membangkitkanekonomi sehingga meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan dapat menjadi inspirasibagi kampung lainnya di Indonesia.
Malang, 2 April 2017 By Ana Sopanah
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H