Mohon tunggu...
Sosbud

Anak Muda Mataram Mengembangkan Atraktor Sederhana untuk Rehabilitasi Karang

28 Juni 2017   21:42 Diperbarui: 28 Juni 2017   22:45 694
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi Pribadi

Indonesia patut berbangga, pasalnya salah satu anak bangsa asli Indonesia, bernama Andika Gumilang Kushayadi telah behasil mengembangkan teknik sederhana restorasi karang dengan memanfaatkan limbah kulit jeruk, botol kaca bekas dan arang.  Anak pertama pasangan Dr. Bambang Dipokusumo dan Ainul Hayati dan juga alumni Program Studi Budidaya Perairan Universitas Mataram ini, mulai mengembangkan teknik yang ia namakan Biostatis Coral Transplatation atau BCT  selepas mengerjakan program kreatifitas mahasiswa. salah satu program yang diadakan oleh Kemenristek Dikti 2015 yang lalu. "awalnya saya cuma buat transplantasi karang dari botol bekas saja bersama 4 teman saya, lalu setelah program usai saya mulai mengorek tentang Zooxantela, salah satu zooplankton yang menyusun ekosistem terumbu karang. Saya menemukan banyak jurnal tentang Zooxantela yang bersifat positif terhadap cahaya dan listrik statis" kata pemuda yang disapa Dika ini. 

Prinsip BCT yang dikembangkan Dika adalah dengan merangkai botol kaca bekas disekeliling tabung paralon dengan alas semen cor. tabung paralon diisi oleh kulit jeruk yang sudah dikeringkan dan arang tempurung kelapa lalu ditutup kain. "Botol kaca itu akan memantulkan cahaya matahari yang masuk ke dasar laut, sementara kulit jeruk dan arang bertemu dengan air laut akan menghasilkan listrik rendah" tuturnya. seperti yang diketahui Zooxantela merupakan organisme penyusun karang yang peka terhadap atraktor cahaya dan listrik statis.  saat ditanya mengenai adakah rencana mematenkan teknik ini dika cuma berkata "Belum, masih panjang tahapannya. Masih perlu ada yang dikembangkan dan disempurnakan, lagian ini kan untuk bumi mas untuk alam kalau mau dipatenkan atau dikomersilkan agak gimana gitu, saya malu sama Tuhan mas. Lagian semua orang bisa pakai berpartisipasi mas, ga cuma saya" timpal dika yang belakangan ini bercita-cita sebagai dosen dan peneliti ini. Teknik BCT ini sudah pernah dipamerkan di Wageningen Belanda saat rangkaian acara Scientific Fest di Wageningen University di Belanda.

saat ditanya adakah pihak yang membantu mengembangkan teknik ini Dika kembali mengenang jasa 4 temannya yaitu Aris, Syafrullah, Anndisa dan Maizi. "Kalau tanpa mereka saat pertama kali di ajang Program Kreatifitas Mahasiswa, saya ga mungkin ada kepikiran ide lanjutan ke arah BCT ini mas".semoga semakin banyak pemuda Indonesia yang menggunakan masa mudanya untuk hal yang berguna seperti dika.

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun