Mulailah perjalanan mbolangku ke Macau, konon pulau yang berjejuluk Pulau Judi. Ya, kayak di film-film yang sering mengetengahkan Dewa Judi ataupun dunia perjudian. Asyik. Menarik.Â
Untuk menuju ke sana, butuh sekitaran 40an  menit dari Hongkong-Macau.  Saya naik Turbo Jet (kapal cepat) seharga 150 Dolar Hongkong (untuk kelas ekonomi). Sesampai di Macau tak lupa kusentuhan jariku ke lantai, meski gak ada tanah, tapi ada debu tipis (mungkin). Kuucapkan lirih, "inilah perjumpaan awalku dengan debu Macau".Â
Saya berjalan ke luar pelabuhan dan tak sempat cari makan. Di sekitaran pelabuhan, beberapa bus yang cantik terparkir rapi. Bus itu ada yang bertuliskan Venetian, Grand Lisboa, City of Dream, dll. Ternyata, bus tersebut disediakan gratis untuk penumpang. Tapi eit, gratisnya karena jalurnya harus ke Kasino. Penyedianya adalah kasino-kasino tersebut. Akhirnya, berangkatlah menuju ke kasino, mulai dari Venetian sampai dengan Galaxy. Gratis.Â
Ketika sampai di kasino, bayangan saya seperti yang di film-film. Ya, ternyata ada yang sama ada yang beda. Tak seseram yang saya bayangkan. Ternyata, menyenangkan. Namanya saja film, estetikanya adalah 'imajinasi plus realita'. Di sana (di kasino), tidak hanya tempat judi saja, tetapi kita bisa ngopi-ngopi di dalamnya. Pingin ngopi sepuasnya, tapi kata orang Jawa "ati karep bondo cupet".Â
Keesokan harinya, perjalanan mbolang naik bus gratis dari kasino ke kasino pun dimulai lagi. Trus, tidurnya di Pelabuhan Macau, jadi ingat Sartre (1960), menjadi manusia yang "menggelandang" di tengah arus keramaian.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H