Psikologi memang dunia yang menyenangkan. Mengapa? karena di dalamnya berbicara tentang dunia "dalam" yang se-"dalam"-"dalam"-nya. Asyik  gitu lhoh. Bukankah pepatah lama mengatakan semakin tersesat kita ke dalam, semakin menyenangkan. Semakin gelap, semakin tidak jelas, semakin dalam rasa ingin tahu kita akan sesuatu itu.  Saya jadi ingat kata Freud (1910) yang beradagium  bahwa manusia memang digerakkan oleh alam ketidaksadaran (unconsciusness). Lalu, yang kesadaran posisinya di mana?Â
Mengamati manusia modern saat ini, termasuk mengamati diri saya sendiri tentunya hal yang asyik. Manusia modern yang mulai dihinggapi hasrat ketidaksadaran sadistis. Percaya atau tidak, silakan. Mengapa? karena dalam pandangan Freudian, manusia yang memunculkan pikiran (esensia) juga melakukan tindakan (existensia) tidak lepas dari ketidaksadaran. Jadi, sulit kita memunculkan evidensi untuk itu.
Sadistis dalam tafsir psikologi berkait dengan dua hal, yakni fisik dan psikologis. Sadistis fisik ialah orang yang melakukan perbuatan kekerasan (penganiayaan, pemukulan, penyiksaan) fisik terhadap orang lain dan dia merasakan kenikmatan ketika melakukan hal tersebut. Sadistis psikologis ialah perbuatan kekerasan secara psikologis (merundung, mencerca, mencaci maki, dan suka mencari kesalahan orang lain [kita tahu bahwa kesalahan tidak usah dicari pasti ada, apalagi dicari) dan mereka merasakan kenikmatan ketika menyakiti secara psikologis orang lain. Ketika Kita melihat orang lain dalam masalah, kita ikut semakin menjatuhkan dia. Ini juga bagian dari sadistis. Namun, pandangan bahwa ini tentu juga dianggap ekstrim bagi yang tidak semazhab dengan tulisan ini, tentunya saya mahfum.Â
Pertanyaannya adalah, saya, Anda, apakah bagian dari itu?Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H