Bulan muharram merupakan bulan yang istimewa dan agung bagi umat islam. Â Pada tanggal 1 bulan muharram ini diperingati sebagai tahun baru hijriah, kemudian pada tanggal 10 dikenal dengan nama asyura yang menjadi hari raya atau lebaran bagi anak yatim. Istilah hari Asyura berasal dari bahasa arab yang berarti hari kesepuluh, dimana hal ini merujuk pada tanggal 10 Muharram pada penanggalan hijriah. Pada hari ini pula disunnahkan untuk menjalankan puasa sunnah untuk memohon pengampunan dan mengharap ridhlo Allah SWT. Hari ini menjadi salah satu hari yang sangat agung bagi umat islam, terdapat banyak kejadian besar dalam keyakinan umat islam yang terjadi pada hari asyura. Dikatakan bahwa Allah menjadikan Arsy, menciptakan lauhil mahfudz, menciptakan nabi Adam As., Nabi nuh dan para pengikutnya diselamatkan dari banjir besar, Nabi Ibrahim diselamatkan dari api Raja Namrud, Nabi Ayyub disembuhkan dari sakitnya dan masih banyak kejadian lainnya.
Sehubungan dengan hal ini pada hari Minggu 7 Agustus 2022 Yayasan Pendidikan Islam Hidayatus Sibyan mengadakan acara pengajian dan santunan anak yatim. Yayasan bersama warga sekitar saling bekerja sama untuk melaksanakan acara tersebut. Acara ini dimulai dengan sholawat bersama yang diiringi oleh rebana yang dibawakan oleh pemuda sekitar. Para tamu undangan yang hadir sebagian besar adalah ibu-ibu muslimat dan warga sekitar, mahasiswa yang sedang melakukan KKN juga ikut diundang untuk menghadiri acara tersebut. Acara kemudian dilanjutkan dengan pembacaan Surah Yasiin bersama dan dilanjutkan doa oleh K.H. Ikhsan S.Ag selaku ketua yayasan. Kemudian dilanjutkan dengan penyampaian materi oleh KHR. Abdullah Hanani Basyamka, M.Hum dengan tema mengenai keutamaaan dan makna dari hari Asyura. Terdapat 12 anak yatim yang akan disantuni dalam acara ini, dimana anak anak ini adalah anak yatim yang ada di Desa Glagahwero. Acara ini merupakan wujud dan bukti adanya kepedulian masyarakat terhadap kondisi sosial disekitar mereka dimana terdapat anak-anak yang membutuhkan uluran tangan dan perhatian dari sekitar akibat meninggalnya orang tua. Anak anak ini memiliki potensi besar sebagai penerus bangsa untuk memajukan dan membangun desa ini kedepannya maka sudah menjadi kewajiba bersama untuk terus memastikan bahwa mereka terpenuhi kesejahteraannya.
Terdapat hal yang tak kalah menarik dari acara ini adalah pembagian tajin sorah hasil buatan warga sekitar kepada para hadirin, tajin sorah atau bubur suro merupakan makanan yang terbuat dari nasi putih dicampur kuah santan kuning dengan lauk yang beragam, lauk tersebut dapat berupa daging sapi, udang, ayam dengan taburan bawang goreng, dan kacang tanah goreng diatasnya. Tajin sorah ini merupakan adat kebiasaan masyarakat suku madura dimana pada awal bulan Suro biasanya masyarkat membuat bubur untuk selanjutnya membagikannya ke tetangga atau saudara dekat.
Tradisi ini, berawal pada zaman Nabi Muhammad yang untuk merayakan Muharram, dikeluarkanlah apa saja yang dimiliki, termasuk sisa-sisa makanan yang masih bisa dimakan untuk dibagikan kepada sanak saudara dan tetangga. Lalu hal ini dikembangkan oleh para waliullah dengan membuwat bubur. Seperti yang disampaikan pada ceramah bahwasanya membuat dan membagikan bubur ini merupakan bentuk sukacita menyambut bulan muharram serta sedekah untuk mensyukuri nikmat dan berkah dari Tuhan. Didalamnya juga memuat nilai moral dan sosial untuk berbagi kepada masyarakat yang membutuhkan serta adanya unsur tenggang rasa terhadap sesama.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H