Mohon tunggu...
Yuda Arimbawa
Yuda Arimbawa Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa

Masih dalam proses belajar

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Cerita Dibalik Sisi Kelam Kehidupan dan Pendidikan Anak

24 Juli 2023   07:15 Diperbarui: 24 Juli 2023   07:20 202
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tulisan ini merupakan pengalaman pribadi penulis yang diperoleh saat melaksanakan kegiatan KKN (Kuliah Kerja Nyata) pada salah satu desa di Bali. Tulisan ini juga turut untuk memperingati hari anak nasional pada 23 Juli.

Kegiatan KKN dilaksanakan pada bulan Juli 2022 lalu. Banyak kisah cerita yang saya dan teman lainnya dapatkan. Namun, saya tidak mau bahas itu semua dalam tulisan kali ini. Karena ada hal penting yang ingin saya bagi, yakni mengenai kehidupan dan pendidikan anak yang tersembunyi.

Kesan pertama, saat saya dan teman lainnya menginjak kaki di desa itu. Kami mendapat perlakuan yang dinilai tidak sopan oleh anak-anak di desa. Baru pertama bertemu,  mereka langsung cenderung menggunakan kalimat yang kotor dan kasar dalam berkomunikasi. Lebih parahnya lagi mempertanyakan area vital sebagai topik yang mereka bahas. 

Namun, itu tidak semuanya. Hanya beberapa dari mereka.

Di samping itu, mereka juga tidak segan untuk masuk tanpa izin ke dalam area posko kamar. Yang seharunya itu adalah tempat privasi. Akhirnya, terpaksa hal tersebut kami laporkan kepada Kepala Desa.

Beliau sangat menyayangkan kejadian tersebut. Namun, apa boleh buat beliau juga memberikan tanggapan untuk memakluminya. Pak Kades menambahkan bahwa anak-anak tersebut kurang dalam kasih sayang orang tua, sehingga ketika ada orang baru yang masuk desa mereka (anak-anak itu) ingin mendapat suatu perhatian.

Rasa Kasih Sayang

Anak-anak yang kekurangan kasih sayang akan berusaha untuk mencari perhatian semaunya. Pernyataan itu memang menjadi kejelasan terhadap apa yang saya dan lainnya alami saat itu. Hal ini juga termasuk perilaku nakal yang ingin mencari sensasi serta untuk mendapat pengakuan.

Tidak banyak anak di sana yang selalu menggunakan kekerasan atau bahkan kekuasaan akan keberadaannya sebagai bentuk perlawanan. Tidak segan, mereka langsung menaikkan lengan baju menandakan siap melawan. Berbagai cara kami lakukan untuk menengahi perkelahian. Namun, lagi-lagi hal itu harus dimaklumi.

Pandangan saya sungguh dilema saat itu. Karena saya pun belum begitu memahami bagaimana menjadi orang tua dan rasanya memiliki seorang anak. Bagaimana rasa sayang mampu mempengaruhi tumbuh kembang anak. 

Kebanyakan dari mereka (anak-anak itu) adalah anak-anak yang berasal dari keluarga broken home. Itu informasi yang kami terima. Entah karena faktor ekonomi, sehingga para orang tua harus fokus mencari uang tanpa memedulikan tumbuh kembang anaknya. Ataukah para orang tua belum mempunyai kesiapan untuk mendidik anak mereka, sehingga tidak tahu harus berbuat apa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun