Presiden Joko Widodo secara sah telah menunjuk logo Ibu Kota Nusantara (IKN) pada 30 Mei 2023 lalu. Logo yang terpilih adalah logo pohon Hayat karya Aulia Akbar, seorang desain grafis dari Bandung, Jawa Barat. Dalam pandangan Bapak Jokowi dikutip dari Kompas.com, logo tersebut mencerminkan semangat pembangunan IKN sebagai bangsa besar serta menggugah masyarakat untuk menjaga alam, lingkungan dan ekosistem.
Apa itu Pohon Hayat?
Pohon Hayat juga dikenal dengan sebutan Kalpataru. Dalam dunia sains, pohon Hayat merupakan tanaman yang berasal dari keluarga Moraceae dan Genus Ficus. Tanaman ini diberi nama ilmiah Ficus religiosa.
Kalpataru berasal dari kata "kalp" dan "taru". Kata "kalp" berarti ingin atau keinginan, sedangkan kata "taru" berarti pohon. Jadi, Kalpataru diartikan sebagai pohon yang dapat mengabulkan segala keinginan.
Dalam agama Buddha, Kalpataru disebut juga sebagai pohon Bodhi. Pohon yang meneduhkan Pangeran Siddharta Gautama saat melakukan semadi dan menjadi saksi atas pengetahuan agama Buddha. Sehingga, pohon ini diartikan sebagai sebuah pencerahan.
Kemudian dalam mitologi agama Hindu, Kalpataru mencerminkan suatu tatanan lingkungan yang harmonis dan seimbang, serta merupakan tatanan yang menggambarkan keserasian beberapa elemen seperti hutan, tanah, air, udara dan berbagai makhluk hidup lainnya.
Kalpataru dalam Cerita Pemutaran Mandara Giri
Berawal dari kisah pengadukan lautan kosmik atau lautan Ksera (Kserasegara). Pada saat itu diceritakan para Dewa dan Asura (Raksasa) melakukan pertemuan untuk mendapatkan Tirta Amerta, yaitu air suci kehidupan yang dapat membuat keabadian bagi peminumnya.
Para Dewa dan Asura mendengar sabda Sang Hyang Narayana (Wisnu) untuk mendapatkan Tirta Amerta, mereka harus mengaduk secara bersama lautan Ksera tersebut. Kemudian, berangkatlah mereka bersama-sama.
Di suatu pulau bernama Sangka Dwipa (Pulau Sangka) terdapat sebuah gunung bernama gunung Mandara (Mandara Giri). Gunung itu kemudian dicabut beserta isinya oleh Sang Anantaboga dan di dijatuhkan di dalam lautan setelah mendapat izin dari Dewa Samudera.
Di bawah gunung terdapat kura-kura raksasa bernama Akupa. Akupa ditugaskan menopang gunung Mandara agar tidak tenggelam dalam lautan. Kemudian, Sang Basukih melilit gunung Mandara dan badannya membentang seperti tali. Dewa Indra pun turut menduduki gunung tersebut agar gunung tidak melambung ke atas.