Mohon tunggu...
Ana Rosmayana
Ana Rosmayana Mohon Tunggu... Guru - Guru Swasta

mengajar matematika di sekolah islam terpadu Bandar Lampung.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Bagaimana Filosofi Ki Hadjar Dewantara Mempengaruhi Saya sebagai Pendidik

28 Juni 2024   22:36 Diperbarui: 3 Juli 2024   22:04 152
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Artikel ini dibuat dalam rangka berbagi pengetahuan sekaligus tugas dalam menyelesaikan Modul 1.1 Filosofi Ki Hadjar Dewantara Pendidikan Guru Penggerak Angkatan 11 tahun 2024.

Nama CGP                  : Ana Rosmayana

Nama PP                     : Farida Rosiana Suwari

Nama Fasilitator     : Mira Olivia HR

 

Kimpulan Pemikiran Ki Hajar Dewantara

Menurut pemikiran Ki Hajar Dewantara pendidikan adalah tuntunan di dalam hidup tumbuhnya anak-anak, dalam konteks pendidikan menuntun segala kekuatan qodrat yang ada pada anak-anak agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya. Pada dasarnya guru hanya bisa menuntun, mengayomi, memberi contoh, membangun semangat dan memotivasi anak seperti semboyan Ki hajar Dewantara “ Ing Ngarso Sung Tulodho, Ing Madyo Mangun Karso dan Tut Wuri Handayani”.Semboyan Ki hajar Dewantara tersebut perlu kita pahami dan kita laksanakan untuk membawa perubahan pendidikan menjadi lebih baik. Menurut Ki Hajar Dewantara Pendidikan adalah tempat persemaian benih-benih kebudayaan dalam masyarakat. Pendidikan dapat menjadi ruang berlatih dan bertumbuhnya nilai-nilai kemanusiaan yang dapat diteruskan atau di wariskan. Dan Pendidik di ibaratkan petani/tukang kebun kehidupan yang fungsinya menuntun tumbuh atau hidupnya kekuatan qodrat yang ada pada anak, agar memperbaiki lakunya sesuai garis qodrat anak agar anak bisa merdeka lahir dan batin, guna bekal hidup di masayarakat.

 

Selanjutnya saya akan merefleksi diri melalu 3 pertanyaan berikut:

Apa yang Anda percaya tentang murid dan pembelajaran di kelas sebelum Anda mempelajari modul 1.1?

Sebelum saya mempelajari modul 1.1 tentang Refleksi Filosofis Pendidikan Nasional, yang mana pada modul 1.1 intinya menjabarkan tentang pemikiran Ki Hajar Dewantara. Saya menganggap murid tidak akan paham kalau materi pelajaran tidak saya jelaskan. Sehingga dalam proses pembelajaran yang saya lakukan masih saya yang mendominasi. Saya hanya sebatas mentransfer materi pelajaran saja dengan menganggap ketuntasan dalam penyampaian materi lebih penting daripada memahami karakteristik murid. Indikator saya murid dikatakan berhasil atau telah belajar jika mereka bisa mengerjakan soal berupa tugas atau penilaian harian  dan soal asesmen lainya dalam hal ini saya hanya melihat nilai murid dari aspek kognitif saja jika nilai murid sudah mencapai KBM dinyatakan bahwa pembelajaran sudah berhasil begitu sebaliknya. Saya juga tidak memperdulikan apakah murid sudah benar-benar paham dari apa yang saya ajarkan atau tidak, karena saya lebih memikirkan pada target ketercapaian materi mengingat materi yang diajarkan sangat padat.

Dalam proses pembelajaran yang saya lakukan, murid dituntut harus mengikuti semua arahan-arahan yang saya berikan untuk dapat mencapai kompetensi yang sudah ditetapkan sebelumnya. murid wajib menyelesaikan tugas-tugas yang saya berikan. Jika murid tidak mengikuti arahan saya, biasanya saya akan marah dan memberi funishment. Saya terlalu serius ketika memberikan materi sehingga siswa menjadi tidak nyaman. Oleh karena hal ini berakibat fatal pada gagalnya penanaman karakter dan pencapaian kompetensi mereka sehingga saya pun sering merasa gagal dan mengeluh jika banyak murid yang tidak tuntas setelah melakukan assesmen atau evaluasi.

Dari sini apa yang saya lakukan saya sadari salah dan jauh dari pemikiran bahwa seorang Guru harus menghamba pada murid.

Apa yang berubah dari pemikiran atau perilaku Anda setelah mempelajari modul ini?

Setelah mempelajari modul 1.1 tentang Refleksi Filosofis Pendidikan Nasional, yang mengedepankan pemikiran Ki Hajar Dewantara, saya menyadari bahwa pandangan dan praktik pendidikan saya selama ini tidaklah tepat. Sebelumnya, saya lebih berfokus pada aspek kognitif tanpa memperhatikan secara menyeluruh aspek afektif, psikomotor, spiritual, sosial, dan budaya dalam proses pembelajaran.

Pembelajaran Menyeluruh dan Peran Murid

Ki Hajar Dewantara mengajarkan bahwa murid seharusnya tidak diperlakukan sebagai objek pembelajaran, melainkan sebagai subjek pembelajaran. Artinya, murid harus memiliki kebebasan untuk berekspresi, mengemukakan pendapat, dan berkreasi. Mereka perlu difasilitasi dengan metode dan model pembelajaran serta media yang tepat agar potensi mereka bisa berkembang secara optimal.

Peran Guru sebagai Pamong dan Fasilitator

Sebagai guru, saya harus berperan sebagai pamong dan fasilitator dalam proses pembelajaran. Tugas saya bukan hanya mengajar, tetapi juga menuntun dan mendampingi murid dengan penuh kesabaran, keikhlasan, dan ketulusan hati. Saya harus menciptakan lingkungan belajar yang menyenangkan dan berpusat pada murid, dimana mereka merasa dihargai dan termotivasi untuk belajar.

Memahami dan Menghargai Karakteristik Murid

Setiap murid memiliki karakteristik yang unik dengan kelebihan dan kekurangan masing-masing. Oleh karena itu, saya perlu memahami karakteristik individual mereka. Penting bagi saya untuk menghargai perbedaan ini dan memberikan kesempatan kepada setiap murid untuk tumbuh sesuai dengan kodratnya.

Dengan menerapkan prinsip-prinsip ini, saya berharap dapat menciptakan lingkungan belajar yang lebih inklusif dan holistik, yang tidak hanya mengembangkan kemampuan kognitif murid, tetapi juga aspek-aspek lain yang sama pentingnya dalam pembentukan karakter dan potensi mereka secara keseluruhan.

Apa yang dapat segera Anda terapkan lebih baik agar kelas Anda mencerminkan pemikiran KHD?

  • Merancang Pembelajaran Interaktif dan Menyenangkan

Langkah pertama yang akan saya terapkan adalah merancang pembelajaran yang interaktif dan menyenangkan dengan melibatkan murid secara aktif. Pendekatan student-centered akan menjadi dasar metode ini, dimana murid diberi peran lebih besar dalam proses belajar, memungkinkan mereka untuk berpartisipasi aktif dan mengambil inisiatif dalam belajar.

  • Menerapkan Pembelajaran Abad 21

Sejalan dengan pemikiran Ki Hajar Dewantara, saya akan menerapkan pembelajaran abad 21 yang menekankan pada empat kompetensi utama: berpikir kritis, kreatif, komunikasi, dan kolaborasi. Pembelajaran ini bertujuan untuk memerdekakan anak, sehingga mereka dapat berkembang sesuai dengan potensi dan kodratnya.

  • Berpikir Kritis: Mendorong murid untuk mengembangkan kemampuan analitis mereka, mengajukan pertanyaan yang mendalam, dan mencari solusi atas masalah yang kompleks.
  • Kreativitas: Menginspirasi murid untuk berinovasi dan mengekspresikan ide-ide baru melalui berbagai proyek dan kegiatan kreatif.
  • Komunikasi: Membangun kemampuan murid untuk menyampaikan ide dan pendapat mereka secara efektif, baik secara lisan maupun tulisan.
  • Kolaborasi: Mengajarkan murid untuk bekerja sama dalam tim, menghargai pendapat orang lain, dan mencapai tujuan bersama.
  • Pendekatan Memerdekakan Anak

Pembelajaran tidak lagi bersifat menuntut tetapi menuntun. Sebagai guru, tugas saya adalah memberikan tuntunan atau arahan yang baik kepada murid, serta berusaha menjadi teladan bagi mereka dalam perkataan dan perbuatan. Dengan menuntun, saya berharap dapat membantu murid menemukan jalannya sendiri dan mengembangkan kemampuan mereka secara optimal.

  • Mengenali Karakter dan Latar Belakang Murid

Penting bagi saya untuk mengenali karakter dan latar belakang setiap murid. Dengan menjalin komunikasi yang baik, saya dapat memahami kebutuhan dan potensi mereka secara lebih mendalam. Hal ini memungkinkan saya untuk memberikan dukungan yang lebih personal dan relevan, serta menciptakan lingkungan belajar yang inklusif dan responsif terhadap keberagaman.

Dengan menerapkan prinsip-prinsip ini, saya berharap dapat menciptakan suasana belajar yang lebih dinamis, inklusif, dan mendukung perkembangan holistik murid. Pembelajaran yang dirancang dengan memperhatikan aspek-aspek ini diharapkan dapat menginspirasi murid untuk mencapai potensi maksimal mereka dan menjadi individu yang beradab sesuai dengan visi Ki Hajar Dewantara.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun