Berdasarkan hasil observasi, kami Tim KKN Alternatif II A di Desa Banyukuning ini memperoleh hasil dan informasi bahwa di Desa Banyukuning ini tidak memiliki tempat sampah untuk melakukan proses pewadahan sehingga warga terbiasa membuang sampah sembarangan dan membakarnya di sekitar rumah. Hal ini menyebabkan sulitnya mengaplikasikan pemilihan sampah.Â
Karena tidak tersedianya tempat penampungan sampah sementara, maka banyak warga yang membuang sampah rumah tangga yang berskala besar di lahan kosong atau tanah pertanian milik warga untuk menjadi tempat pembuangan akhir.Â
Kesadaran masyarakat Desa Banyukuning akan kebersihan lingkungan masih kurang sehingga permasalahan sampah tersebut masih dipandang wajar oleh warga disini.Â
Selain tidak adanya penampungan sampah Desa Banyukuning ini merupakan jalur Alternatif penghubung antara Bandungan dengan Ambarawa sehingga sering dilewati para wisatawan yang ingin berliburan di Kota Pariwisata Bandungan ini.Â
Untuk menanggulangi persoalan pengelolaan sampah ini kami Tim KKN Alternatif II A Universitas Negeri Semarang mengadakan Program Kerja RASA (Kreasi Sampah) program pelatihan ini diharapkan agar para Ibu-ibu, Remaja dan Anak-anak mampu memanfaatkan waktu luangnya untuk melakukan kegiatan yang produktif dan mampu meminimalisasi jumlah sampah di Desa Banyukuning dan selain itu tentunya bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat khususnya di Desa Banyukuning agar bisa memanfaatkan sampah supaya memiliki nilai jual salah satunya yaitu dengan pembuatan kerajinan berupa dompet, tas dari bungkus kopi atau kemasan minuman instan.Â
Perilaku terhadap sampah ini sudah menjadi budaya yang mengakar pada masyarakat. Hal ini berdampak pada pola pikir (mindset) masyarakat terkait sampah yang kurang sesuai.Â
Misalnya tumpukan sampah yang tidak nyaman dipandang. Bagi masyarakat Desa Banyukuning, kondisi tersebut menjadi hal yang biasa dan tidak ada upaya penanggulangannya. Bahwa budaya kerja bakti di sana pun masih minim serta tidak adanya kesadaran masyarakat untuk memiliki jiwa kebersihan.Â
Pola pikir seperti inilah yang harusnya perlu untuk diubah. Hasil obervasi menunjukkan bahwa warga Desa Banyukuning tidak memiliki tempat sampah pribadi yang digunakan untuk membuang sampah rumah tangga setiap harinya. Sampah rumah tangga yang dihasilkan setiap hari oleh warga dikumpulkan dan dibuang di lahan kosong dan pertanian milik warga.
Meskipun permasalahan sampah di Desa Banyukuning sudah termasuk ke dalam kategori yang cukup mengkhawatirkan, namun bukan berarti tidak dapat sama sekali dilakukan upaya penanganan yang tepat sasaran dengan ritme yang mungkin membutuhkan waktu yang tidak sebentar akan tetapi result dari upaya tersebut terjamin mampu mengurangi populasi sampah yang ada.Â
- Diawali dengan mengumpulkan sampah plastik rumah tangga berupa kemasan minuman instan kemudian dilanjutkan dengan tahap penyortiran yang menghasilkan pengelompokan sampah menjadi lingkup yang lebih kecil lagi di mana yang menjadi fokus kami adalah pengolahan sampah kemasan minuman instan berupa kopi.
- Selanjutnya kami menentukan desain apa yang akan diterapkan untuk sampah-sampah yang telah selesai disortir dan tas serta dompet menjadi pilihannya.
- Setelah desain awal ditentukan, tahapan awal perancangan pun dimulai. Sisi atas serta bawah kemasan dipotong sehingga menghasilkan kemasan yang tak lagi tertutup rapat melainkan kemasan yang terbuka pada kedua sisinya.
- Berikutnya, dilakukan pengukuran. Kemasan yang sudah dipotong pada sisi bagian atas dan bawahnya kemudian diukur dengan cara melipatnya menjadi bentuk stick dengan lebar kurang lebih 3cm.
- Setelah stick sampah yang dihasilkan sudah cukup banyak, dilanjutkan dengan tahap perakitan. Pada tahapan ini, stick sampah dianyam menjadi pola awal yaitu baling-baling dengan memanfaatkan 4 stick sampah. Tahapan ini dilakukan dengan teknik yang sama dan berkelanjutan pada sisi horizontal maupun vertikal hingga panjang dan lebar anyaman yang dihasilkan sudah cukup untuk dibentuk sebagai tas atau dompet.
- Setelah panjang serta lebar anyaman sudah memenuhi ukuran untuk dibentuk sebagai tas atau dompet, dilakukan tahapan penguncian pada sisi samping (kanan dan kiri) yang masih terbuka hingga menghasilkan kedua sisi samping (kanan dan kiri) tertutup secara keseluruhan.
- Tahapan terakhir adalah finishing berupa pembuatan tali tas atau dompet dengan metode yang sama yaitu perakitan dengan panjang yang disesuaikan dengan selera serta penambahan kain di bagian dalam tas atau dompet juga penambahan resleting.