Salah satu mantan pimpinan Kompas, Adi Agung Prasetyo, mengungkapkan bahwa budaya organisasi  itu seperti tuyul, tidak semua orang pernah melihatnya, namun semua orang meyakini bahwa tuyul itu keci dan gundul. Keyakinan itulah yang disebut budaya organisasi.Â
Gerakan Ahok melakukan transformasi budaya organisasi pasti menimbulkan disharmoni karena merusak budaya organisasi Pertamina yang selama ini diyakini. Tinggal publik menilai, budaya mana yang lebih baik.
Salary StructureÂ
Salah satu kekecewaaan Ahok adalah bagaimana Pertamina merumuskan salary structure. Ini tercernin dari ungkapan kerasnya bagaimana dia menemukan adanya Karyawan yang sudah tidak memiliki jabatan tertentu, bahkan tidak ada kerjaan lagi namun tetap digaji. Alasan internal yang ditemukan Ahok adalah karena karyawan tersebut adalah karyawan lama.Â
Publikpun terbelalak bagaimana angka gajinya juga disebutkan sebesar 75 juta rupiah. Wahh.....bisa dibayangkan respon publik, orang yang tidak punya pekerjaan di sebuah perusahaan, tapi masih dapat gaji...gede lagi. Â Apa yang disampaikan Ahok benar -- benar menggugah hati nurani publik, apalagi di tengah pandemi covid-19 saat ini.
Sebenarnya, apabila Ahok cukup cerdik, maka dia bisa mengusulkan untuk diperiksanya dokumen dan kebijakan salary structure oleh pemerintah. Pemerintah sendiri sebenarnya telah menetapkan pedoman bagaimana membuat struktur dan skala upah melalui Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 01 tahun 2017 tentang Stuktur dan Skala Upah. Lemparkan saja isunya ke pemerintah, karena sekalipun BUMN, Pertamina tetap harus patuh atas Peraturan itu.Â
Menurut saya, apa yang dilakukan Ahok masih dalam koridor akal sehat dan sesuai ketentuan peraturan yang berlaku. Semangatnya yang anti korupsi memang terciderai dengan hukuman yang diterimanya akibat perbuatan pelecehan atas agama. Â
Namun lepas dari semua perbuatan yang mengakibatkan dia dihukum, saya masih melihat Ahok adalah sosok yang paling tepat menggabungkan semangat profesionalisme di tengah suasana politis dan koruptif yang ada di BUMN. Maju terus Koh...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H