Mungkin itulah yang membuat Ahok marah -- marah karena merasa tidak diperhatikan karena sarannya tidak diperhatikan, diantaranya sarannya untuk mengeksplorasi di dalam negeri, dan bukannya akuisisi ke luar negeri.Â
Ahok sendiri mensinyalir ada kemungkinan komisi -- komisi dalam proses itu. Bahkan yang lebih mengherankan lagi, akuisisi itu dibiayai oeh hutang, padahal bila eksplorasi di dalam negeri sudah banyak investor yang bersedia bekerja sama dengan Pertamina.
Sebagai komisaris, Ahok juga marah karena penggantian Direktur dia juga tidak mengetahuinya. Padahal kebijakan penggantian Direktur menjadi salah satu kebijakan yang strategis di dalam sebuah perusahaan. Rasanya saya sangat memahami kegusaran Ahok ketika dia didapuk sebagai Komisaris Utama di Pertamina.
Company Culture Â
Sebagai sebuah Perusahaan, maka pasti di dalam Pertamina telah ada sebuah culture atau budaya perusahaan yang telah terbangun. Usia Pertamina yang telah cukup tua pasti memiiki sebuah budaya perusahaan yang sangat kental. Budaya sendiri dibentuk tidak dalam waktu yang singkat.
Ahok mencoba membongkar budaya perusahaan dengan menggandeng KPK dan PPATK. Pertamina dan KPK bersinergi dalam melakukan optimalisasi asset dan menerapkan ISO 37001 dalam Sistem Management Anti Penyuapan (SMAP). Â Kabarnya dari system ini Pertamina berhasil menyelematkan assetnya senilai 9.5 trilyun. Â
Ahok bahkan sangat keras menyampaikan bahwa tidak boleh ada Karyawan Pertamina yang korupsi. Dia menyampaikan bahwa dia telah "menanmkan" orangnya untuk melakukan pengawasan.
Di sampung budaya anti korupsi, Ahok juga menginginkan Pertamina lebih professional dengan meneraokan merit system melalui lelang jabatan. Hal ini sebenarnya bukan hal baru karena  ketika menjabat sebagai Wakil Gubernur maupun Gubernur DKI Jakarta, ia menerapkan lelang jabatan.Â
Sebuah budaya tranparansi yang sebenarnya sangat bagus diterapkan di sebuah perusahaan yang berisi orang -- orang professional. Ahok sangat jengkel karena Direktur Pertamina dirasakan sering melakukan lobby -- lobby politis kepada Kemnterian BUMN.
Perlu diperhatikan bahawa budaya perusahaan sangat ditentukan oleh Pimpinan perusahaan. Â Dalam teori pembentukan budaya organisasi, maka dijelaskan bahwa budaya organisasi adalah refleksi dari pemimpin organisasi tersebut.
Oleh karena itu, sifat pembentukan budaya organisasi adalah top-down. Jadi, apabila Ahok merasa budaya organisasi Pertamina harus dirubah secara lebih transpran dan anti korupsi, maka tidak ayal, itu akan menimbulkan sebuah perubahan organisasi yang sangat dahsyat.