Mohon tunggu...
anantiyo widodo
anantiyo widodo Mohon Tunggu... -

seorang pemimpi

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Balas Dendam Politik

14 Maret 2013   16:10 Diperbarui: 24 Juni 2015   16:46 210
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Panggung media saat ini menjadi factor utama penentu pendapat masyarakat dalam melihat berbagai persoalan. Sangat khusus dalam politik, kebebasan pers telah mengubah pandangan masyarakat yang tadinya lebih suka asal guyub (bareng-bareng) tanpa didasari pertimbangan yang matang, kini mereka mulai berani mengambil pilihan yang berbeda.

Ragam informasi media yang sampai kepada masyarakat memang semakin mendewasakan masyarakat Indonesia. Hanya sayangnya baik media ataupun penerima berita ternyata lebih suka dengan berita yang cenderung negatif. Buktinya berita berkaitan dengan korupsi, kecelakaan, infotainment yang mengumbar keburukan selebritis hingga pelecehan seksual mendapatkan rating yang tinggi.

Dalam dunia perpolitikan tanah air, media juga lebih senang menampilkan sisi-sisi suram. Ketika sebuah partai melakukan kesalahan atau bahkan baru dituduh saja, dengan cepatnya media merespon dan langsung sigap menyebarkan hingga menjadi headline berhari-hari. Namun media jarang menampilkan berbagai kebaikan yang dilakukan oleh partai politik. Hal ini tentu berdampak pada penilaian masyarakat terhadap partai politik yang kemudian dianggap gagal. Pada akhirnya masyarakat kesulitan untuk menentukan sebuah pilihan yang harus mereka lakukan ketika pemilu berlangsung.

Yang terjadi selanjutnya masyarakat akan menerapkan balas dendam politik karena merasa telah dikhianati oleh partai. Mereka akan melakukan aksinya ketika pemilu. Bukan dengan golput atau menolak pemilu, justru mereka akan melakukan deal-deal tertentu dengan partai atau orang-orang partai untuk mendapatkan keuntungan. Istilahnya “lebih baik memanfaatkan daripada hanya dimanfaatkan”. Maka politik uang seolah-olah menjadi boleh karena dilakukan di hampir semua tingkat di masyarakat, baik itu untuk kepentingan pribadi atau kepentingan bersama.

Sangat ironi ketika semua itu terjadi. Padahal masyarakat harusnya memilih partai yang terbaik. Terbaik bukan berarti tanpa kesalahan, namun terbaik adalah yang mempunyai timbangan kebaikan lebih banyak.

Disinilah peran media dituntut untuk memberikan berita yang seimbang. Sikap nasionalisme pers jelas dipertaruhkan dalam hal ini, sebab boleh jadi nasib bangsa akan ditentukan oleh respon informasi yang diterima masyarakat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun