Mohon tunggu...
Ananta Damarjati
Ananta Damarjati Mohon Tunggu... Wartawan -

Wartawan partikelir | Alumni Ponpes Kedunglo, Kediri |

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Yang Belum Hilang dari Bus Antarkota

3 Oktober 2016   22:34 Diperbarui: 4 Oktober 2016   23:38 981
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar: commercialappeal.com

Yes it's time to say auf Wiedersehn
Sayonara and ciao my friend
You'll always have a place within my heart
And rock will come and rock will go
The scene will change and time will show
But still I hope that you'll be there for me
I'll be there for you
It was easier to say hello
Than to say goodbye
Now the bus is leaving once again
I bid farewell to you

*Beberapa bait lagu Farewell to you - White Lion*

Suara Mike Tramp, suami Ayu Azhari itu menghiasi kancah musik rock ‘90an. Genre lagu yang cenderung, lebih mudah meraih popularitas di zamannya. Tapi kenapa memilih bus? Kenapa bukan berpisah dengan latar belakang kereta atau pesawat? Atau moda transportasi lain? Kapal misal, seperti lambaian gembira Jack ketika naik Titanic?

Barangkali, itulah garis besar pertanyaan yang akan saya ajukan jika punya kesempatan bertanya langsung kepada penggubah lagu ini, Vitto Brata dan Mike Tramp. Kalau di kira-kira tentang jawabannya, pastilah tidak jauh-jauh dari histori dan romantika sentimentil sang seniman dibalik itu (Iya, musisi itu seniman juga!!).

Akan selalu ada sejarah di balik sebuah karya. Saya kira, lagu ini adalah salah satu karya yang merekam dengan baik apa itu kenangan, rasa rindu, harapan bertemu, fragmen perpisahan serta doa. Lagu lain? Banyak, banyak sekali. Tapi lagu ini yang menurut saya paling komplit. Mungkin interpretasinya sangat mengerucut kepada –hanya- penggemar musik rock. Namun dari segi lirik, sekali lagi, kandungan maknanya sangat komplit.

Tapi itu belum menjawab pertanyaan awal, Kenapa memilih latar belakang bus? Jawaban tepatnya, nanti dulu. Bukankah sangat mustahil itu terjawab langsung oleh empunya lagu? Namun jika mau berusaha mencari titik cerahnya, akan sangat tepat andai pertanyaan itu dijawab dengan melihat kondisi dan mekanisme transportasi Indonesia sekarang.

***

Berkaitan dengan transportasi, darat khususnya, moda transportasi yang berbasis rel mungkin dalam sepuluh tahun terakhir ini sedang naik daun dengan berbagai produknya, LRT, KRL, MRT ataupun commuter line. Di sini kereta api jelas menunjukan kemajuan luar biasa. Warisan masalahnya dari tahun ke tahun seketika di “evolusi cepat”.

Banyak, sangat banyak perubahan. Tidak ada lagi antrean yang mengular, praktek percaloan disuntik mati, stasiun bukan lagi menjadi pangkalan asongan, dan lainnya. Di saat hampir semua moda transportasi sibuk dengan turbulensi atas ulahnya sendiri, kereta api berhasil membangun budaya yang sama sekali baru.

Jujur kita akui, seluruh pranata, sistem, mekanisme, atau apapun yang berkenaan dengan transportasi, berlangsung dan kita selebrasi bersama ini, memang dituntut untuk mengejar apa yang, pada akhirnya disebut modern.

Kesadaran itu pula yang menggiring kita pada apa saja yang punya tuntutan untuk "cepat" di dalamnya. Memang "cepat" menjadi salah satu ciri-ciri utama, atau malah variabel tunggal. Dari sini, tak bisa tidak, koin sudah dilempar ke atas dan hanya akan muncul salah satu sisi saja ketika menyentuh permukaan. Dan sisi koin yang terlihat itu adalah yang kita rasakan sekarang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun