Mohon tunggu...
Ananta Politan
Ananta Politan Mohon Tunggu... -

pewarta media daring (saat ini Waspada Online) dan penulis blog (www.telaah.info)

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Seratus

20 Mei 2011   05:03 Diperbarui: 26 Juni 2015   05:26 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
http://ariesaksono.files.wordpress.com

Kata numeris ini kembali terlintas dalam benak saya, saat membaca pengumuman daring seminar dan semi-workshop blog yang diprakarsai ID Network Blog, serta punggawa Blogger SUMUT yang turun langsung menangani urusan teknis di lapangan. Bilangan seratus ini, tercantum dalam kapasitas peserta yang hendak dicapai oleh panitia -- dan sebelumnya, memang telah didengungkan oleh penanggung jawab agenda ini: Nicholas Sihotang. Apakah ada sisi menarik dari seratus ini untuk ditelaah lebih mendalam? Demikian lintasan tanya dalam benak tersebut yang mendorong saya membuat tulisan ini. Purwa rupa mengenai seratus ialah sensasi. Dalam batasan ini, dimaksudkan untuk mencuri perhatian. Mengingatkan pada sebuah pemberitaan yang memang menyita perhatian saya (khususnya kaum Adam) menyorot seorang mahasiswi Taiwan yang menuntut ilmu di negara -- yang disebut-sebut asalnya bahasa romantis -- Prancis. Adapun mahasiswi yang juga seorang blogger bernama Yang Ya-ching ini, mencanangkan sebuah misi yang sebenarnya lazim dilakukan orang-orang seusianya, namun jika melihat tantangan jumlahnya tidak mengherankan jika ada yang melihatnya di luar kewajaran yakni "mencium 100 orang pria di kota Paris." Selain mengundang protes dari kalangan pria di negeri Taiwan (karena tidak melakukan misi tersebut di negara asalnya sendiri), Yi-ching benar-benar berhasil "mencuri" perhatian dunia. Sebagai ganjarannya, hampir di setiap media besar menerbitkan artikel mengenai petualangan bibirnya hingga berhasil menuangkannya dalam sebuah buku berjudul "Kiss Paris". Tidak perlu disangsikan juga, mendapati blog pribadinya turut sesak oleh berbagai pengunjung meskipun didominasi huruf kanji yang biasa ditemui dalam kotak obat sinshe atau kitab jurus-jurus kungfu maut. "Semakin sedikit anda berjuang untuk sesuatu, berbanding lurus dengan hasil yang akan anda peroleh," sahut Yi-ching menjawab beberapa suara sumbang yang bertujuan mengurungkan niatnya. Sensasi serupa juga berlangsung di lapangan hijau, saat pemain sepakbola berkebangsaan Argentina, Lionel Messi menceploskan gol ke-100 (seratus) sepanjang perjalanan karirnya bersama klub dari Spanyol, Barcelona. Pada saat tersebut, di usianya yang masih menginjak 22 tahun, dia telah menorehkan rekor yang mengagumkan. Memang belum bisa disandingkan dengan legenda dari Brazil, Pele, yang telah mencetak 1.000 gol lebih. Rekor tersebut juga diakui oleh FIFA. Dengan demikian, seratus juga berkenaan dengan rekor. Guiness of Book, kedepannya, mungkin lebih kesulitan mencatat manusia yang mampu memecah rekor hidup lebih dari 100 tahun. Pola hidup modern, kualitas makanan, serta kondisi alam yang semakin tergerus adalah salah tiga dari beberapa laporan yang menyebutkan mengenai akhir dari kehidupan manusia di bumi. Seratus di negaraku? Bagaimana dengan Indonesia? Adakah kiranya pencantuman seratus yang kini melekat dan diketahui oleh semua penduduk Indonesia yang sering kita dengar berjumlah 200 juta lebih. Pada tanggal 20 Mei tahun ini, negara kita memperingati Hari Kebangkitan Nasional ke-102. Angka tersebut juga berkenaan dengan seratus. Namun, saya ragu ini merupakan sebuah sensasi ataupun rekor. Dengan berpangku tangan dan bersandar di tiang rambu jalan, guliran hari akan berjalan tenang menuju Hari Kebangkitan Nasional yang ke-150, dan bahkan ke-1000. Ihwal yang lebih asasi dari ranah ini ialah menjembatani sensasi dan rekor yang (semoga dan amat diharapkan) membangkitkan kembali bangsa Indonesia untuk kedua kalinya. Kebangkitan tersebut, tentu tidakk diharapkan menyerupai kebangkitan jasad yang sering ditayangkan film-film horor buatan dalam negeri sendiri. Meskipun ada, film horor ke-100 buatan Indonesia, tak akan menjadi sensasi terlebih rekor (saya mengecualikan skenario di luar arena syuting yang memang dirancang memancing perhatian). [caption id="" align="aligncenter" width="337" caption="http://ariesaksono.files.wordpress.com"][/caption] Kebangkitan yang kita rindukan ialah adanya prakarsa daripada prasangka untuk mencerahkan ruang-ruang pemikiran dan hati yang lama gulita oleh mitos-mitos nan memberatkan langkah untuk beranjak dari "kalau tidak pe-en-es, sulit membina rumah tangga"; "jika tidak disuap, maka karir saya tidak akan menanjak"; "anak saya harus menjadi doctor"; dan beberapa lainnya. Saya tidak ingin memandang rendah pekerjaan yang memang dilaksanakan dengan cara halal, namun proses yang sebenarnya kita ketahui telah menyalah hendaknya kita kubur dalam-dalam, bersanding dengan karakter hantu dalam film horor buatan negara kita. Mengubah negara ini tidak mudah, saya tahu. Namun, bagaimana jika dimulai dengan mengubah diri kita secara bersama-sama? Dan, selepas peluit yang menandakan persaingan hidup ini telah dimulai hingga rekor hidup kita yang sulit mencapai seratus tahun, bagaimana jika dimulai dengan menulis? Menulis yang tertuang dari bulir-bulir pengalaman, penelitian, perdebatan dan perjuangan. Yi-Chang dan Messi telah menikmati sensasi dan rekor yang mereka ukir. Terlepas dari fakta jumlah peserta yang bakal hadir dalam seminar bertajuk "Roadblog-Blogilicious untuk kota Medan" tersebut, saya akui salut dengan gebrakan sahabat-sahabat di Blogger SUMUT dan ID Blognetwork yang berkeinginan mengubah paradigma pendayagunaan fasilitas Internet hanya sebatas kotak konsumen saja. Undangan seminar ini pun menarik perhatian saya untuk menggali kemampuan menulis di blog. Adapun penghasilan yang menyusul dari dunia tulis-menulis di blog ini tak lebih dari sebuah bonus yang akan hadir sesuai dengan nilai perjuangan dan kapasitas karya tulisan sang blogger. Apakah harus dari blog? Tidak mesti. Menikmati sensasi dari rekor perjuangan kita tidak mesti dari blog saja, namun dari beragam upaya untuk bangkit dari keterpurukan yang melemahkan talenta yang dimiliki. Kebangkitan semangat perubahan kita semoga (dan amat diharapkan) menjadi inspirasi bagi kebangkitan bangsa. Terlepas dari tanya kapan kebangkitan bangsa dapat benar-benar terwujud, hendak saya tuliskan sebagai penutup: Selamat hari Kebangkitan Nasional Republik Indonesia ke-103. Semoga (dan amat diharapkan) menjadi momen seratus yang menggugah. "Kepuasan terletak pada usaha, bukan pada hasil. Berusaha dengan keras adalah kemenangan yang hakiki." ---- Mahatma Gandhi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun