[caption id="" align="alignnone" width="630" caption="kota medan"][/caption] “Medan kota metropolitan belum terwujud.” Penggalan kalimat berikut ataupun yang jua senada dengannya, pernah akrab dalam pengamatan kita sebagai warga kota Medan. Utamanya, bila kita melanggani, dan setidaknya pernah mengerling sejenak pada judul tebal di halaman muka surat kabar. Kala teranyar saya mendapati ungkapan “Medan kota metropolitan” ini, adalah saat mengalihbahasakan artikel pewartaan yang bertumpu pada kabar 100 hari kinerja Walikota Medan terpilih 2010-2015, Rahudman Harahap. Harus saya akui, kata metropolitan yang mirip dengan nama saya pribadi sedikit ‘menggelitik’ rasa penasaran. Namun, yang paling mendorong naluri skeptis sebagaimana ihwalnya para pewarta adalah variabel yang menjadi landasan pernyataan tersebut. Bila disarikan, penggalan kalimat mengkritisi kinerja pemerintah kota Medan ini, mengungkit kondisi jalan raya yang belum memenuhi kenyamanan para warga yang melaju di atasnya. Variabel banjir juga turut disebut kerap mengurangi nilai Medan menuju metropolitan. Maka, tidak harus heran bila mendapati pernyataan ini terucap dari seorang wakil rakyat atau anggota DPRD. Nah, yang menjadi sorotan dalam tulisan ini adalah kata “metropolitan” tadi. Apakah metropolitan hanya sebuah embel-embel yang tersemat pada ibukota provinsi, dimana Medan menjadi ibukota provinsi Sumatera Utara? Atau hanya variabel ‘jalan raya’ dan ‘banjir’ yang menjadi poin perhatian? Berguru ke Wikipedia ——————– Pertanyaan-pertanyaan di atas membawa saya ke ensiklopedia daring terkemuka, Wikipedia, seusai mendapat anjuran dari paman Google. Dalam penuturannya, kata “metropolitan” disematkan bagi sebuah wilayah yang mencakup beberapa kota besar, dan saling berdekatan dari faktor lokasinya. Berikut penjelasan gamblang dari Wikipedia:
Wilayah metropolitan adalah sebuah pusat populasi besar yang terdiri atas satu metropolis besar dan daerah sekitarnya, atau beberapa kota sentral yang saling bertetangga dan daerah sekitarnya. Satu kota besar atau lebih dapat berperan sebagai hub-nya, dan wilayah metropolitan biasanya diberi nama sesuai dengan kota sentral terbesar atau terpenting di dalamnya. Wilayah metropolitan biasanya menggabungkan sebuah aglomerasi (daerah pemukiman lanjutan) dengan zona lingkaran urban, tapi dekat dengan pusat perkantoran atau perdagangan. Zona-zona ini juga dikenal sebagai lingkaran komuter, dan dapat meluas melewati lingkaran urban tergantung definisi yang digunakan. Biasanya berupa daerah yang bukan bagian dari kota tapi terhubung dengan kota. Contohnya, Pasadena, California dimasukkan dalam wilayah metro Los Angeles, California. Bukan kota yang sama, tapi tetap terhubung.
Namun, diakui oleh situs jejaring pengumpul artikel yang sedang getol memohon bantuan dana ini, parameter atau syarat-syarat guna memenuhi pengimbuhan metropolitan masih bersifat unik. Misalnya, sejumlah negara seperti: Australia, Prancis, Uni Eropa, Jepang, Pakistan, dan Amerika Serikat, memiliki artian dan parameternya sendiri sesuai pengesahan dari badan resmi kenegaraannya. Akan tetapi, faktor jumlah penduduk tidak layak mendapat porsi dalam penilaian metropolitan ini.
In practice the parameters of metropolitan areas, in both official and unofficial usage, are not consistent. Sometimes they are little different from an urban area, and in other cases they cover broad regions that have little relation to the traditional concept of a city as a single urban settlement. Thus all metropolitan area figures should be treated as interpretations rather than as hard facts. Metro area population figures given by different sources for the same place can vary by millions, and there is a tendency for people to promote the highest figure available for their own “city”. However the most ambitious metropolitan area population figures are often better seen as the population of a “metropolitan region” than of a “city”.
Setelah mendapati secuil definisi metropolitan tadi, apakah kita bisa dengan jumawa menyatakan bahwa Medan adalah kota metropolitan atau justru negasinya. Masih begitu pagi untuk beranjak ke pintu kesimpulan, karena belum melibatkan pakar/analis dan badan resmi nasional yang lebih berbobot untuk dirujuk. Setidaknya ada celah kecil yang menerangi kegusaran saya akan embel-embel metropolitan tadi. Yakni merujuk pada lingkup wilayah yang terdiri atas beberapa kota, bukan satu kota. Jadi, bila kita mengupayakan “Medan menuju metropolitan” berarti ada (satu atau beberapa) kota besar lain yang akan menjadi jaringannya. Apakah daerah proyek bandara baru pengganti Polonia, Kuala Namu, yang menjadi variabel penyempurna Medan metropolitan? Lalu, bagaimana dengan variabel “jalan raya” dan “banjir” tadi? Apakah tidak termasuk dalam penilaian metropolitan? Bijaknya, saya harus menelisik lebih jauh lagi dari penasaran akan sebutan Medan metropolitan ini. Atau ada yang bisa membantu memberi rujukan dan petuah? Jangan sungkan memberi komentar atau mengirim ke e-mail saya: anantapolitan@gmail.com. References: Wikipedia Credit foto: Inilah.com (http://static.inilah.com/data/berita/foto/1119922.jpg) Tautan blog http://www.telaah.info/warta/medan-metropolitan-apa-kata-wikipedia.html
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H