~Kencana menghentikan laju mobilnya lalu membuka jendela mobil. Wanita ke enam itu mulai mendekat, wajah Kencana berubah pucat...... Kencana telah menelpon berkali-kali wanita yang ia tunggu sejak pukul 7 malam tadi. Wanita yang bernama Jeni itu sama sekali tidak mengangkat telpon dari Kencana. Padahal meja restoran klasik yang telah di booking dari jauh-jauh hari untuk makan malam romantis mereka berdua sudah siap sedia dengan aneka hidangan Eropa. Kencana tetap tidak beranjak dari posisi duduknya sekitar 5 jam lamanya. Pikiran positif selalu ditanamkan Kencana. Meski telpon Jeni terdengar aktif diseberang sana dan diakhiri bunyi "tut.. tut.. tut.." yang berulang kali terucap, Kencana tetap tidak putus asa menelpon Jeni. "Hmm.. telponnya aktif padahal, mungkin Jeni sedang tidur", ujar Kencana dalam hati. Sampai akhirnya Kencana mulai ragu, setelah hari Jum'at itu berganti menjadi hari Sabtu. Sudah pukul 00:30. Restoran klasik yang terletak di jl. dahana akan tutup sebentar lagi di pukul 1. Segelas wine sudah ia habiskan. Itu gelasnya yang ketujuh. Wine yang Kencana minum itu hanyalah sparkling wine, tidak memabukkan bagi Kencana yang sudah terbiasa minum vodka. Kencana memutuskan segera pergi. Dipanggilnya pelayan resto, lalu ia keluarkan beberapa lembar uang biru dan merah untuk membayar minumannya. Setelah itu ia menuju parkiran mobil, dipacunya mobil sedan merahnya meninggalkan jl. dahana. Kencana lalu menuju jl. cahya hanya untuk menghabiskan waktunya yang telah sia-sia. Jl. cahya terkenal dengan para wanita malam yang berkeliaran sepanjang pinggir jalan, Kencana hanya bermaksud cuci mata karena kecewa tidak berhasil makan malam romantis dengan Jeni, wanita yang baru iya kenal seminggu lalu di sebuah pentas musik. Ketika itu Kencana berkenalan dengan Jeni, meminta nomor telponnya, lalu berencana untuk makan malam berdua minggu depannya. Kurang lebih sudah 10 km, Kencana melintasi jl. cahya dengan pelan-pelan. Sekitar 5 wanita yang mengenakan pakaian seksi dan berpose dipinggir jalan raya itu berhasil membuat mata Kencana terlena untuk sementara. Para wanita itu wajah dan body mereka ada yang menyerupai Jupe hingga Luna Maya, tentu dengan kualitas 2 or 3 kebawah. Sekitar 50 m didepan, pada urutan wanita malam ke enam yang akan ia jumpai di jl. cahya, firasat Kencana kali ini mengatakan kalau ia harus menyempatkan diri untuk berhenti sesaat dan mencoba bertanya. Setidaknya basa-basi dan bertanya mengenai "harga sewa", meski nantinya tidak ingin di "eksekusi". Kencana menghentikan laju mobilnya lalu membuka jendela mobil. Wanita ke enam itu mulai mendekat, tapi wajah Kencana malah berubah pucat. Kencana terbata-bata berbicara ke wanita tersebut "Je... je... jeni.. ?"
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H