Mohon tunggu...
anank iting
anank iting Mohon Tunggu... -

just an ordinary person

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

bernostalgia

14 September 2010   06:02 Diperbarui: 26 Juni 2015   13:15 119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Gue dilahirkan di Pekalongan, tepatnya di desa Bener atau orang lebih mengenalnya “Pencongan”. Nama pencongan diambil dari posisi jembatan yang kebetulan waktu itu “mencong (gak lurus)”. Akan tetapi seiring berjalan waktu jembatan itu direhab (direnovasi) karena memang usia sudah tua. Dan jembatan sekarang sudah lurus, dan desa gue sekarang bernama “Bener”.

Jembatan itu menjadi salah satu saksi bisu “perjalanan hidup gue” bersama 3 orang kakak gue. Abdul Munir. Musfiroh, Khoirul Anam, dari Delapan kakak gue hanya 3 orang itulah yang menemani gue, diwaktu gue masih kecil. Selalu menyayangi gue, walau terkadang gue dibikin jengkel oleh mereka. Yah begitulah nasib jadi anak terakhir(orang jawa bilang anak bontot), jadi pelampiasan kakak – kakak gue.

“Nanang, ambilkan sarung “; “Nanang ambilkan sandal”; Klo gue bisa memfilmkan, gue mo ngasih judul film “Inikah rasanya jadi anak Bontot”.

Dengan ditemani lagu


  1. “Bawa aku” dari Kata.
  2. “Jangan Menyerah” _D-Masiv
  3. “Time for Miracles” _Adam Lambert
  4. “Guns” _Green Day
  5. “We will not go down”
  6. “MD2” _Goliath

(inilah list lagu untuk hari ini)

Gue mencoba mengisi waktu yang longgar disela – sela kesibukan gue di kantor dengan menuliskan kenangan – kenangan gue waktu masih kecil. Jahil, ngejengkelin itulah gue waktu masih kecil, gue selalu membuat gara – gara kakak-kakak gue entah Anam ataupun Musfiroh. Gak jarang mereka pun marah – marah hingga gue ditendang, dipukul pantatnya bahkan bisa maen kejar – kejaran. Dan semuanya gak membuat gue patah arang (menyerah) wat ngejahilin mereka. Jurus terakhir dari mereka untuk menghentikan kejahilan gue adalah “mengadu ke ibu”. Klo Ibu sudah bertindak, gue hanya terdiam.

Ternyata kebandelan gue, kejahilan gue gak berhenti disitu saja. Sampai gue menginjak usia SMA kejahilan gue tambah menjadi – jadi. Malas dalam membantu ortu dan terkadang ortu guepun naik darah. Dan kakak gue (Musfiroh) terkadang mengeluarkan kata – kata kejengkelannya pada gue “Adik GRIPISSSSS”. (Hanya Musfiroh saja yang memanggil ku “adik” dari sederetan kakak gue)

Dan sekarang gue dah jauh dengan mereka semua, gue kangen dengan kejahilan ku pada mereka, dan sekarang orang yang selalu gue jahili sudah melepas masa lajangnya. Setelah beberapa kali gagal dalam memilih pasangan hidupnya.

Hari ini (14 September 2010) adalah pesta pernikahannya. Beberapa kali gue ditelepon sama kakak gue (Abdu Dhohir), menginformasikan update terbaru kejadian di TKP. Gue ngebayangin betapa ramainya dirumah. Saudara – saudara gue semua terkumpul. Keluarga dari Cirebon datang semua (Gue kangen banget dengan bu lek Rohmat). Sepertinya orang tua gue bahagia bisa menikahkan anak perempuannya yang terakhir, dan betapa bahagianya kakak gue (Musfiroh) bisa melepas masa lanjangnya. May be That. . .

Lebih dari itu gue rindu banget dengan orang yang sekarang telah mengisi hati gue. . .hahahah. Moga ja di pesta pernikahan kakak gue. Orang yang mengisi hati gue bisa datang. . .amiiin

Disisi lain gue harus duduk di kantor, dengan menuliskan artikel – artikel kecil dan sesekali gue melihat wajah anggunnya. Ibarat hati yang kering karena kemarau panjang, wajahnya mengguyurkan air yang menghidupkan suasana untuk selalu berubah.

Dan terakhir gue hanya bisa berdoa “mudah2an kw bisa menikmati bahtera rumah tanggamu kelak, dan selalu diberi kelancaran rejeki yang barokah serta yang halal, dan diberi keturunan yang pinter2, akhlaknya baek, dan ganteng2 kayak gue”. . .o ya jangan lupa klo dah banyak uang jangan lupa ingat Nanang ya. . .hahahah

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun