Mohon tunggu...
Ananik
Ananik Mohon Tunggu... Lainnya - Rembang, Jawa Tengah

Bahasa terbaik saat kecewa adalah DIAM

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Kehilangan

31 Mei 2020   19:13 Diperbarui: 31 Mei 2020   19:21 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Sudut ruang yang pengap dengan gelapnya malam
Aku peluk lutut bersama isak tangis yang tumpah
Semua orang memandangku dengan penuh iba
Setelah kabar yang telah tiba

Bunyi sirine semakin keras terdengar
Semakin mendekat semakin keras isak tangis
Kenapa harus malam ini?
Sedang kau telah berjanji

Malam yang penuh luka
Saat kau harus pergi tanpa pernah kembali lagi
Puluhan sepasang mata mulai manahan air mata
Saat menyaksikan sosok kecil ini yang semakin terisak

Aku pandang sosok yang terbaring kaku
Sosok yang mengangkat tubuh ini sewaktu kecil
Sosok yang mencium kening ini setiap hari
Sosok yang telah mencari receh demi sesuap nasi untukku

Usai ini.....
Dengan siapa aku terlelap tidur?
Dengan siapa aku melespankan tawa?
Dan untuk siapa aku bertahan hidup?

Ibu...
Secepat inikah kau ucapkan selamat tinggal untukku?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun