Sudut ruang yang pengap dengan gelapnya malam
Aku peluk lutut bersama isak tangis yang tumpah
Semua orang memandangku dengan penuh iba
Setelah kabar yang telah tiba
Bunyi sirine semakin keras terdengar
Semakin mendekat semakin keras isak tangis
Kenapa harus malam ini?
Sedang kau telah berjanji
Malam yang penuh luka
Saat kau harus pergi tanpa pernah kembali lagi
Puluhan sepasang mata mulai manahan air mata
Saat menyaksikan sosok kecil ini yang semakin terisak
Aku pandang sosok yang terbaring kaku
Sosok yang mengangkat tubuh ini sewaktu kecil
Sosok yang mencium kening ini setiap hari
Sosok yang telah mencari receh demi sesuap nasi untukku
Usai ini.....
Dengan siapa aku terlelap tidur?
Dengan siapa aku melespankan tawa?
Dan untuk siapa aku bertahan hidup?
Ibu...
Secepat inikah kau ucapkan selamat tinggal untukku?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H