Disisi lain arsitek harus memenuhi keinginan klen karena bagaimanapun mereka yang akan membangun dan merasakan bangunan setiap harinya. Komunikasi yang baik menentukan apakah diskusi antara arsitek berjalan mulus atau berhenti di tengah jalan.
Arsitek tidak bisa serta merta menuruti idealisnya atau bisa dikatakan 'keegoisan desain'nya. Mereka dituntut untuk 'menyelipkan' pemahaman kepada klien tentang teori desain. Jadi apabila ada pertarungan pendapat dalam diskusi, ada teori yang digunakan. Bukan sekedar selera yang bermain.Â
Misal klien punya selera warna hitam di sisi yang menghadap matahari, arsitek harus memberi pemahaman bahwa marna hitam dapat menyerap panas lebih tinggi dari warna lain. Komunikasi kecil ini yang perlu didiskusikan oleh arsitek.
Sayangnya, proses komunikasi seperti ini kurang diajarkan dalam proses perkuliahan. Ekspetasi dosen dan klien secara nyata tentu saja berbeda. Seperti penjelasan di atas.
Proses pendidikan desain yang dilakukan oleh arsitek sedikit demi sedikit akan memberi pemahaman kepada klien bahwa desain tidak hanya bagus pada tampilan, tetapi juga kesesuaian dengan cuaca, kondisi tapak dan fungsi yang akan diraih. Arsitek harus menarik klien mereka dari gua yang memenjarakan yaitu Instagram dan Pinterest.Â
Bukan berarti Pinterest dan Instagram jelek. Tidak seperti itu. Keduanya adalah dunia referensi yang tidak serta merta diterapkan dalam segala kondisi.
Sama seperti informasi kesehatan yang banyak beredar di internet. Apakah dengan info tersebut semua orang berhak mengdiagnosis penyakit dari seseorang? tentu tidak. Begitulah gambaran peran arsitek.
Tentunya tidak semua arsitek selalu sudah keluar dari gua modern ini. Karena gua modern tidak hanya berupa media sosial. Masih ada beberapa lagi yang akan dibahas di tulisan selanjutnya. Arsitek yang telah keluar dari gua merasakan dunia yang berwarna-warni.Â
Langkah selanjutkan akan menentukan. Apakah mereka akan terjebak kedua kali di dunia penuh gemerlap ini atau berhasil mencapai puncak seseorang yang telah menemukan 'suwung' dalam dunia arsitektur?
Referensi: Kritik Arsitektur untuk Mahasiswa (Realrich Sjarief)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H