Kalau tidak begitu, Khutbah jumat akan terus membosankan. Materi yang berulang dan normatif tidak menarik jamaah. Tidak bisa menyalahkan sepenuhnya pada pilihan jamaah yang memilih tidur. Karena memang tidak menarik bagi mereka. Khutbah Jumat dapat dikembangkan ke arah perkembangan dan kemajuan dunia islam saat ini.
Pengenalan tokoh islam terbaru beserta teorinya juga bisa dilakukan. Jangan hanya berkutat pada Ibnu Sina, Ibnu Khaldun ataupun Alkwarizmi. itu ilmuwan abad berapa? nanti dikiranya islam tidak berkembang. Ada Azis Sancar orang Turki tapi bekerja sebagai profesor di University of North Carolina dan mendapat hadiah Nobel Kimia tahun 2015. Ada juga Maryam Mirzakhani yang menerima Field Medal tahun 2014 yang merupakan hadiah tertinggi dalam bidang matematika.
Dua contoh diatas dapat digunakan sebagai materi khutbah yang dapat mengetuk sisi emosi jamaah. Ternyata umat islam masih diakui dan sejajar dengan keilmuan ilmuwan sekuler. Tidak seperti yang didengungkan saat ini ketika islam dianggap kecil dan itu semua karena pengaruh Yahudi. Khutbah mengajak jamaah untuk terbuka dan membangkitkan semangat islam secara positif. Bukan mengajak kebangkitan Islam karena kebencian terhadap agama dan bangsa lain.
Ada ungkapan hikmah yang berbunyi 'Manakala makin luas pikiran orang, maka semakin sulit menyalahkan orang lain'. Mengajak membenci calon pemimpin yang tidak dipilih sama saja mengajak ke penyempitan wawasan. Apalagi dengan bumbu kebencian terhadap agama yang dianut pemimpin tersebut. Apa bisa kebangkitan islam hanya dengan modal benci seperti itu?
Khutbah jumat tidak membosankan lagi apabila khatib dapat kreatif menyampaikan materi yang menarik dan relevan dengan zaman.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI