Petuah Sang Guru
Alkisah pada suatu masa tersebutlah seorang guru yang sangat pandai nan bijaksana. Karena kepandaian dan bijaksananya dia mempunyai banyak murid dan dicintai berbagai kalangan masyarakat. Majelis pengajarannya selalu dipenuhi oleh orang-orang yang haus akan menuntut ilmu.
Sudah menjadi kebiasaan majelis pengajaran yang ia pimpin, saat hendak mewisuda murid-muridnya beliau selalu memberikan nasehat dan petuah sebagai bekal bagi muridnya dalam mengarungi kehidupan kelak.
"Murid-muridku yang kucintai, tak terasa kalian sudah lama belajar dan menuntut ilmu di majelis ini. Waktu serasa berjalan begitu cepat hingga tak terasa kalian sudah harus meninggalkan majelis ini." kata sang guru mengawali petuahnya.
Dengan keteduhan tatapan matanya, guru itu memandangi muridnya satu pesatu. Sesaat kemudian ia melanjutkan, "Sudah banyak ilmu yang aku ajarkan dan berikan kepada kalian, namun itu belumlah cukup sebagai bekalmu dalam meniti kehidapan kalian kelak. Masih banyak guru yang lebih pandai. Datangilah dan serap ilmunya. Alam beserta seluruh isinya ini gudang ilmu sekaligus guru yang bijaksana dan adil dalam memberi serta mengajarkan ilmunya kepada kalian melebihi diriku ini. Fikirkan dan galilah ilmu sebanyak-banyaknya darinya. Jangan malu dan malas bertanya kepada alam." Kata-kata yang sejuk, lemah lembut dan membesarkan hati selalu diucapkan sang guru kepada murid-muridnya.
"Sebelum aku mengakhiri, kuberitahukan kepada kalian satu hal. Ketahuilah murid-muridku, manusia itu terdiri atas empat kelompok. Kelompok yang pertama adalah kelompok manusia yang pandai yang mengetahui diri mereka pandai. Untuk golongan ini, datangilah dan belajarlah kepada mereka. Selanjutnya kelompok yang kedua. Kelompok ini adalah mereka yang pandai namun tidak mengetahui bahwa diri mereka pandai. Mereka inilah orang yang lalai. Untuk mereka ingatkanlah. Untuk golongan yang ketiga adalah mereka-mereka yang bodoh yang tahu bahwa diri mereka bodoh. Dekati dan ajarilah mereka. Sedang yang terakhir atau keempat, adalah mereka yang bodoh namun tidak tahu bahwa dirinya bodoh. Jauhilah mereka."
Wonosari, 06052010
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H