Tanpa mengurangi rasa hormat, kedua Aktor kawakan seperti Deddy Mizwar dan Rano Karno yang kini menduduki tampuk Eksekutif  Propinsi di Indonesia, kayaknya kurang pas, sebaiknya kembali ke posisi sebagai seniman yang profesional seperti dahulu ketika keduanya mampu berkiprah maksimal di dunia seni.
[caption caption="Ilustrasi Rano Karno (tempo.co)"][/caption]Deddy yang sukses dengan karya besutan Lorong waktu dan Rano dengan Si Doel Anak Sekolahan, karya mereka itu sangat fenomenal dan mumpuni seharusnya jangan ditinggalkan profesi itu, karena keduanya mampu menginspirasi para penontonnya karena tontonan itu dapat dipakai juga sebagai tuntunan.
Keduanya itu aktor besar , seniman besar yang mampu mengubah dan membuat penonton yang melihat karyanya , bahkan pesan moral yang disampaikan dalam karyanya selalu mendapat sambutan luar biasa, bahkan karya Deddy yang lain Para Pencari Tuhan selalu menemani di Bulan Ramadhan dan karya Rano Si Doel Anak Sekolahan selalu ditayang ulang setiap menjelang Ulang Tahun DKI karena Sinetronnya sangat kental dengan budaya Betawi.
Bandingkan dengan ketika mereka menjadi penguasa , makin kurang dikenal, bila dinilai termasuk biasa saja kurang greget hasilnya, artinya kebijakan yang dilakukan tidak menonjol. Bila sudah demikian kesan yang kita tangkap, kenapa keduanya menjadi pejabat karena mekanisme pilkada yang mampu menghantarkan mereka jadi pejabat kepala daerah di propinsi.
Sistem Pilkada di Indonesia, yang penting punya uang banyak, terkenal dan masuk menjadi anggota Parpol pasti jadi kepala daerah, apalagi kedua Artis Aktor itu sangat terkenal makin mudah untuk mendulang suara dukungan. Semua sah untuk menjadi pemimpin namun apa guna pemimpin tidak dilandasi dengan kemampuan.
Siapa bilang artis tidak boleh jadi pejabat, tidak ada larangan, bahkan semua warga negara yang memenuhi persyaratan bisa menjadi pejabat, namun diingatkan untuk merintis menjadi aktor yang mulai dari kecil hingga hebat itu , Alangkah sangat disayangkan bila kini meninggalkan dunia seni yang penggemarnya menunggu terus hasil karyanya.
Hidup ini pilihan mau jadi apa silahkan, namun semua itu bisa diukur dan bisa dievaluasi, tulisan ini bermaksud untuk direnungkan betapa sulitnya memilih suatu profesi yang sudah mapan untuk beralih ke profesi yang menggiurkan untuk menjadi orang tertinggi di Propinsi.
Â
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H