Mohon tunggu...
ANANG PRASONGKO
ANANG PRASONGKO Mohon Tunggu... WIRAUSAHA -

Anang Prasongko , - Terverifikasi Hijau - Jurnalis Berita Mengungkap Fakta & Opini , Human Interest & Memberikan Ulasan Sehingga berdampak dan mempunyai nilai bagi semua, membela yang benar , Obyektif & berimbang.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Akhirnya PKL di Tamkot Satu BSD Lega

15 Januari 2016   04:04 Diperbarui: 15 Januari 2016   04:23 159
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Akhirnya Perasaan Lega dan Senang tergambar di raut wajah para Pedagang Kaki Lima (PKL) yang berdagang di kawasan Taman Kota satu Bumi Serpong Damai Tangerang Selatan, karena rapat perdana yang digelar Kamis (14 Januari 2016) antara para PKL dan APKLI yang menaungi mereka berhasil dirumuskan secara demokratis dan terbuka khususnya menyangkut Iuran yang harus dibayar tiap bulannya dengan dua kategori untuk Kios Kecil sebesar Rp. 250 ribu dan Kios Besar sebesar Rp. 350 ribu.

Rapat perdana yang sempat tertunda atau ditunda hingga tiga kali  itu, sudah sesuai dengan keberadaan APKLI  sebagai Organisasi Massa yang mewadahi PKL dengan sifatnya yang demokratis dari , oleh dan untuk  Pedagang Kaki Lima dan hal itu juga sesuai dengan Anggaran Dasar (AD) dan Anggaran Rumah Tangga (ART) APKLI.

Iuran sebesar itu benar-benar menggembirakan karena sebelumnya sempat terlontar Atau hampir ditarik Iuran sebesar Rp. 700 ribu oleh Kordinator APKLI Tamkot satu secara sepihak , dengan angka tersebut  maka PKL sempat resah karena angka itu jelas terlalu tinggi , selain itu penulis juga ikut mendorong untuk meributkan masalah itu dan  ditulis secara berkesinambungan di Kompasiana ini. Alhasil kamis baru berhasil digelar Rapat Perdana.

Para PKL menilai, bila tanpa tulisan yang berkesinambungan dan ditulis secara berani oleh penulis, bisa jadi iuran Rp 700 ribu per bulan itu akan ditarik oleh APKLI Tangsel.  Ketua Tangsel, Desman Ariando dalam rapat perdana itu hanya berdiam diri  saja karena rapat dipimpin secara tertib  dan lancar oleh Sekretaris Apkli Tangsel , Eko 

Selain itu APKLI Tangsel juga segera membentuk Koperasi, dimana koperasi itu diharapkan dapat membantu kelancaran usaha para PKL yang berdagang di kawasan itu, para PKL kaget karena ternyata koperasi belum terbentuk bendera dan spanduk Koperasi Apkli sudah dipasang, bahkan ada yang keberatan bila spanduk atau bendera APKLI ditumpangi dengan Tulisan Kantin Mega, itu jelas-jelas membuat APKLI kehilangan wibawanya.

Seharusnya spanduk itu hanya bertuliskan  Koperasi APKLI Tangsel tanpa Kantin Mega karena yang punya Kantin itu ALI DW sang koordinator APKLI  yang konon kurang disuka para PKL karena sikap dan tingkah yang arogan, bahkan kata Desman Ariando kepada penulis beberapa waktu yang lalu menyatakan bahwa Ali DW sekarang sudah bukan Koordinator di Tamkot Satu BSD.

Demikian akhir tulisan Apkli Tangsel yang mengakhiri tulisan yang berkesinambungan ini, penulis berjanji untuk terus mengawal para PKL yang ada di Tangsel khususnya semua Tindakan pengurus APKLI  akan kita pantau terus tujuannya tidak lain dan tidak bukan agar pengurus APKLI benar-benar dapat menjalankan roda organisasi PKL, ingat kalian harus benar-benar mewakili PKL agar mereka berdaya bukan dipedayai.

Penulis memantau secara rutin dari berbagai sumber dan dijamin bersifat obyektif dan demi kepentingan umum bukan kepentingan pribadi atau kelompok, jangan sampai ada lagi  PKL yang mendapat kios lebih dari satu dengan menyalahgunakan nama karyawannya, atau ketua apkli tangsel menyalahgunakan wewenangnya dengan berebut kios besar atau Kios diperjual belikan kepada mereka yang bukan PKL atau Ketua APKLI melakukan intimidasi secara diam-diam dan sebagainya.

Pesan penulis pada pengurus APKLI Tangsel, janganlah merasa bahwa organisasi ini sebagai mesin pencetak uang tapi harus menganggap bahwa APKLI adalah organisasi yang memfasilitasi dan memberdayakan para PKL, bila itu sudah dilaksanakan maka APKLI akan jadi Pahlawan bagi para PKL walaupun organisasi ini Nir Laba alias harus mencari dana untuk hidupnya organisasi ini,  bukan seperti penulis yang dianggap sebagai  Pahlawan Kesiangan bila mengkritisi tajam soal tindakan pengurus APKLI Tangsel selama ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun