Kita bisa melihat adanya 3 kesulitan dalam proses ini yaitu sebagai berikut.
- Dalam mengidentifikasikan 3 aspek perubahan tidak ada asumsi tentang siapa yang bertanggung jawab mengembangkan materi, mendefinisikan pendekatan pengajar dan memutuskan paham yang dipakai. Apakah oleh para peneliti, seorang pengembang kurikulum, atau dari sekelompok guru?
- Adanya dilema dan ketegangan yang berkembang pada perbedaan penekanan dan perspektif yang jelas; yaitu 1) pada ketepatan perspektif, dalam hal ini ketepatan dalam penggunaan inovasi yangsudah dikembangkan sesuai tidaknya sebagaimana yang telah dimaksudkan oleh pengembang. 2) adannya adaptasi yang memiliki feedback, artinya adanya adaptasi hasil dan keputusan yang dibuat oleh pelaku praktik.
- Sangat sulit untuk membuat semuanya persis karena 3 komponen tersebut mungkin akan berubah-ubah, berkembang dalam pelaksanaannya, atau bahkan diubah selama implementasinya.
Pada dasrnya mayoritas inovasi pendidikan melibatkan perubahan inti yang berkaitan dengan 3 komponen ini. Perubahan akan berjalan berdampak sedikit apabila inovasi tidak berkaitan dengan 3 komponen tersebut. Seperti contohnya pada buku materi yang berubah tidak mempengaruhi strategi mengajar gurunya.
Perubahan pada pendekatan mengajar melibatkan siswa untuk aktif, kemudian guru menggunakan berbagai sumber daya dan teknik, & menggunakan metode induktif (Simms, 1978: 366-377).
Guru seringkali mencoba mengatasi tujuan pada kurikulum hanya secara harfiah, tetapi tidak memahami tujuan yang mendasar. Pada saat guru merenungi suatu makna dari perubahan, guru merasa ingin melakukan perubahan yang positif, tetapi yang terjadi orientasi yang dijalankan untuk anak variasinya masih sama. Dalam hal ini guru merasa kemampuan memilih anak tidak dapat diandalkan, sehingga anak perlu di tuntun. Perspektifnya disini guru mendukung tujuan dan mengikuti instruksi yang ada, namun tidak memahami prinsip-prinsip dan alasan atas perubahan tersebut.
Mari kita bahas terkait siswa.
- Siswa datang ke kelas membawa persepsi tentang "Bagaimana dunia itu bekerja". Jika mereka gagal memahami hal tersebut, maka anak akan gagal pula memahami konsep dan informasi yang akan diajarkan. Atau mereka juga bisa belajar melalui serangkaian tes, namun pastinya persepsi tentang kebermanfaatan konsep akan ada yang salah.
- Untuk mengembangkan kompetensi di bidang inquiry, siswa harus:
- memilih dasar yang mendalam tentang pengetahuan faktual
- memahami fakta dan ide dalam kerangka konsep
- mengorganisasi pengetahuan pada konsep berpikir yang dapat di retieval dan aplikatif.
3. pengetahuan metakognitif (pemahaman seseorang tentang pengetahuannya) dapat membantu siswa belajar dalam  mengendalikan pemeblajaran mereka sendiri dengan menentukan sasaran pembelajaran, dan memantau sendiri kemajuan mereka dalam setiap pencapaiannya.
Fokus pada guru.
- Guru harus bekerja dengan menghubungkan konsep yang sudah ada pada siswa.
- Guru mengajarkan mata pelajaran secara mendalam, disertai contoh pada konsep dari suatu pengetahuan faktual
- Pembelajaran ketrampilan metakognitif harus diintegrasikan dalam kurikulum pada setiap bidang mata pelajaran.
Pada intinya program perubahan pendidikan memiliki tujuan yang realistis yang dapat diyakini, dipraktekan dalam pembelajaran dan sumber dayanya terpenuhi.
Kebijakan baru dan inovasi merupakan aspek yang paling terlihat dalam suatu perubahan. Ketika perubahan itu dalam gaya mengajar yang menggunakan model baru, maka hal itu akan menghadirkan kesulitan yang lebih besar. Esensinya dari perubahan adalah pada relevansi apa yang perlu ditanamkan dalam prakteknya. Masalahnya disini bukan hanya pada guru "Bagaimana belajar melakukannya", tetapi pada "mengapa mereka melakukan apa yang mereka lakukan." Change in beliefs dan Understanding menjadi pondasi utama dalam mencapai perubahan. Sehingga dari situ orang akan mendapatkan pengalaman yang berharga.
Dalam perubahan, adanya berbagi makna yaitu dalam konteks kolaborasi dan pencapaian makna bersama di setiap elemen baik guru dengan lainnya menjadikan sekolah semakin membaik dan memberikan efek yang positif. Komitmen terhadap moral yang baik dapat tumbuh jika adanya empati dan tanggung jawab bersama. Hal ini akan menghasilkan budaya sekolah yang positif dan baik. Sebaliknya jika terdapat saling curiga terhadap kapasitas tim; ketidakpercayaan kerjasama dengan orang di luar sekolah akan menghambat pertumbuhan yang baik. Nonaka & Takeuchi (1995) dalam Fullan (2005: 30) menjelaskan bahwa budaya kolaboratif secara konstan dapat mengubah pengetahuan yang sebelumnya monoton menjadi pengetahuan bersama yang lebih variatif melalui interaksi antar sesama.
Dalam proses psikologis terkait belajar dan memahami sesuatu yang baru tidak bisa berjalan secara instan. Intinya sebenarnya adalah pada menemukan makna moral dan intelektual untuk menjadikan guru merasa lebih baik. Dalam perubahan orang harus memahami apa yang terjadi dan mengapa itu terjadi. Perubahan melibatkan dua asepk yaitu 1) Teori pendidikan : pada perubahan apa yang harus di implementasikan, 2) Teori perubahan : pada bagaimana menerapkannya. Maka dari itu kita perlu memahami perubahan dan proses perubahannya.
B. Interpretasi