Dia yang ku kira obat
Ternyata dia penyebab luka yang paling berat
Sempat ku kekejar dengan harap
Ku tunggu dengan ketat
Dalam hujan tanpa kesudahan
Dalam malam tanpa pertaruhan
Meskipun luka adalah bara
Aku masih saja bahagia terbakar di dalamnya
Sebab rasa ku adalah air yang terus mengalir
Tatapi itu dahulu
Ketika aku menganggap mu rumah tempat terbaik dikala ku berkeluh kesah
Terimakasih lukamu begitu indah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!